SOLOPOS.COM - Ilustrasi alat masak teflon (Whatscookingamerica.net)

Tips kesehatan kali ini mengulas soal adanya kemungkinan teflon menyebabkan perkembangan sel kanker dalam tubuh.

Solopos.com, JAKARTA — Teflon adalah merek dagang yang terbuat dari bahan kimia polytetrafluoroethylene (PTFE) dan telah digunakan secara komersial sejak 1940-an.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Teflon ini digunakan dalam pelbagai perangkat karena bersifat sangat stabil, artinya tidak bereaksi dengan bahan kimia lain, dan memiliki permukaan antigesek. Bahan ini juga dikenal sebagai permukaan antilengket, seperti pada wajan dan peralatan masak lainnya.

Bahan kimia lain buatan manusia yang ada pada teflon adalah perfluorooctanic acid (PFOA), yang juga dikenal dengan C8. Zat ini digunakan dalam proses pembuatan teflon, yang kemudian mengalami pembakaran selama proses pembuatan dan tidak lagi ditemukan dalam produk akhir teflon.

Sebagaimana silansir Okezone, Sabtu (18/10/2015), Teflon tidak dicurigai sebagai faktor pemicu kanker. Yang sering menjadi topik perdebatan adalah zat PFOA, yang memiliki risiko kesehatan karena dapat berada di lingkungan dan di dalam tubuh manusia dalam waktu lama.

Studi menunjukkan bahwa zat ini terkandung dalam jumlah sangat sedikit di dalam darah hampir semua orang di Amerika Serikat. Kadar yang lebih tinggi ditemukan dalam darah penduduk yang tinggal di sekitar sumber air yang terkontaminasi PFOA.

Menurut dr. Citra Roseno, paparan PFOA terjadi melalui kontaminasi makanan, air minum, dan debu rumah tangga, terutama pada daerah yang tinggal di dekat pabrik kimia yang menggunakan PFOA dalam proses industri. Sementara itu, alat masak antilengket bukan merupakan salah satu sumber yang signifikan.

Namun, studi yang dilakukan pada hewan percobaan menunjukkan bahwa paparan PFOA meningkatkan risiko tumor liver, testis, kelenjar payudara, dan pankreas.

Studi yang dilakukan pada hewan percobaan menunjukkan bahwa paparan PFOA meningkatkan risiko tumor liver, testis, kelenjar payudara, dan pankreas. Penelitian lain menunjukkan bahwa manusia yang terpapar PFOA saat bekerja juga memiliki risiko kanker ginjal, testis, dan kandung kemih yang lebih tinggi. Namun studi mengenai pengaruh PFOA sebagai faktor pemicu kanker pada manusia masih perlu diteliti lebih lanjut.

Sedangkan masalah kesehatan yang dapat timbul dari penggunaan teflon adalah kemungkinan paparan asap yang berbahaya dari wajan yang terlalu panas, misalnya wajan kosong yang dibiarkan di atas kompor yang menyala, atau penggunaan wajan yang terkena panas nonstop.

Asap ini dapat menyebabkan gejala seperti flu pada manusia, yang dikenal dengan polymer fume fever, dan bisa berakibat fatal bagi hewan seperti burung.

Beberapa lembaga nasional dan internasional mempelajari berbagai zat yang terdapat di lingkungan untuk menentukan apakah mereka bersifat karsinogen (memicu atau menyebabkan kanker).

Lembaga tersebut mengevaluasi risiko berdasarkan bukti laboratorium, studi pada hewan percobaan dan manusia. Saat ini, lembaga-lembaga tersebut belum mengevaluasi secara resmi apakah PFOA dapat menyebabkan kanker.

Environmental Protection Agency (EPA), Amerika Serikat, belum mengklasifikasikan PFOA sebagai karsinogen. Memang terdapat bukti sugestif sifat karsinogen, namun bukti tersebut belum cukup untuk menilai potensi karsinogen pada manusia.

The International Agency for Research on Cancer (IARC), bagian dari World Health Organization (WHO), juga bertugas mengidentifikasi pelbagai penyebab kanker. Saat ini IARC belum melakukan evaluasi terhadap PFOA atau senyawa sejenis dan pengaruh mereka terhadap terjadinya kanker, yang akan menjadi wacana dalam beberapa tahun ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya