SOLOPOS.COM - Dokter Spesialis Radiologi Intervensi dari Rumah Sakit Indriati Solo Baru Sukoharjo, dr. Prasetyo Sarwono Putro, Sp.Rad (K)RI saat berada di Cathlab RS Indriati Solo Baru Sukoharjo. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Tips kesehatan ini terkait teknologi baru pemeriksaan pembuluh darah.

Solopos.com, SUKOHARJO — Angka kematian akibat stroke di Indonesia masih sangat tinggi. Bahkan, Indonesia menjadi negara dengan kematian tertinggi di dunia akibat penyakit ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan prevalensi gejala stroke di Indonesia berkisar 12,1 per 1.000. Artinya, ada lebih 12 orang Indonesia yang tercatat menderita stroke per 1.000 penduduk.

Stroke sangat berbahaya. Penyakit ini ditandai dengan kematian jaringan otak akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen disebabkan adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah.

Penyakit stroke yang menyerang fungsi saraf ini akhirnya menyebabkan kelumpuhan, perubahan kesadaran, dan gangguan penglihatan. Penderita pun tidak bisa melakukan aktivitas mereka secara normal seperti biasanya.

Dokter Spesialis Radiologi Intervensi dari Rumah Sakit Indriati Solo Baru Sukoharjo, dr. Prasetyo Sarwono Putro, Sp.Rad (K)RI, mengatakan keberhasilan pengobatan stroke sangat bergantung pada seberapa cepat penanganan yang diberikan. Oleh sebab itu, deteksi dini penyakit ini sangatlah penting.

Untuk mengetahui kondisi pembuluh darah dan kondisi oksigenasi di otak, biasanya akan dilakukan pemeriksaan CT-Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), Magnetic Resonance Angiogram (MRA), atau Magnetic Resonance Venography (MRV).

Seiring berkembangnya teknologi, kini hadir teknologi baru pemeriksaan pembuluh darah, yakni dengan Digital Substraction Angiography (DSA). DSA ini adalah teknik radiologi intervensi untuk mendapatkan gambaran aliran darah organ tertentu.

Pemeriksaan dimulai dengan memasukkan kateter melalui pembuluh darah pada lipatan paha yang sudah disayat kecil. Setelah itu disemprotkan cairan kontras untuk memonitor melalui layar komputer. Pasien biasanya dalam kondisi sadar, hanya mendapatkan bius lokal dan dokter terus memantaunya.

“Melalui DSA ini bisa diketahui letak sumbatan pada pembuluh darah. Jika penyumbatannya masih pada masa golden periode atau kurang dari enam jam setelah serangan stroke berlangsung bisa langsung segera dilepaskan obat tertentu untuk menghancurkan sumbatan. Cuma kalau sudah lama, hasilnya mungkin akan berbeda , tetapi masih bisa mungkin untuk menghancurkan sumbatan,” katanya saat ditemui di Cathlab RS Indriati Solo Baru Sukoharjo, beberapa waktu lalu.

Pemeriksaan dengan DSA ini biasanya membutuhkan waktu 30 menit hingga 1 jam. Sebelum diperiksa pasien juga harus diperiksa bahwa ginjalnya benar-benar normal. Hal ini karena sisa-sisa obat dari pemeriksaan akan dibuang bersamaan dengan keluarnya urine.

Selain pada otak, DSA dapat diaplikasikan pada pembuluh darah di kepala, kaki, perut, hati, dan organ lain. Bahkan, dengan DSA juga bisa menyumbat pembuluh darah yang bocor. Tak hanya untuk pengobatan, menurutnya, DSA di RS Indriati Solo Baru Sukoharjo juga bisa dipakai untuk tindakan pencegahan.

“Pada beberapa kasus, DSA juga bisa untuk meringankan gejala migrain, vertigo, dan sakit kepala. DSA juga bisa untuk mengecilkan prostat tanpa operasi, pengobatan terapi kanker dengan efek samping minimal menggunakan metode TACE dan TACI , hingga menghentikan pendarahan yang ada di dalam tubuh tanpa harus melalui tindakan operasi besar,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya