SOLOPOS.COM - Kelima anggota tim peneliti Fakultas Farmasi UGM, yang meneliti daun beluntas sebagai pencegah penyakit hati.(JIBI/Harian Jogja/dok. UGM)

Tips kesehatan berikut penelitian mahasiswa UGM

Harianjogja.com, SLEMAN — Daun beluntas yang selama ini dikenal sebagai tanaman perdu dan banyak tumbuh secara liar, diketahui memiliki potensi sebagai agen hepatoprotektor.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal tersebut merupakan temuan lima mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), yaitu Akhmad Esakta, Anissa Nugraheni, Avinda Kumalasari, Jeanette Aline Sarumaha dan Siti Hartinah. Penelitian terhadap tanaman yang memiliki nama latin Pluchea indica L. itu, dilakukan di bawah bimbingan Retno Murwanti. Hepatoprotektor ini ditargekan dapat mencegah kerusakan pada hati.

Salah satu anggota peneliti Anissa Nugraheni pada Jumat (17/6/2016) menuturkan, pola makan yang terjadi pada masyarakat dewasa ini dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan, salah satunya penyakit hati. Kerusakan pada hati dapat dipicu oleh konsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan secara berlebihan.

Anissa menambahkan, sejumlah bahan–bahan kimia yang dapat memiliki efek samping yang membahayakan bagi hati, di antaranya CCl4, galaktosamin, dan obat anti tuberkulosis. Padahal berbagai kerusakan pada hati dapat mengakibatkan penyakit seperti hepatitis, cholestasis, steatosis, dan granuloma.

Sementara itu, daun beluntas merupakan tanaman liar yang sangat mudah ditemukan, namun jarang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Daun ini memiliki kandungan senyawa myricetin, quercetin, dan kaemferol yang termasuk dalam golongan flavonoid yang dapat berinteraksi dengan reseptor enzim CYP P450. Ditargetkan bahwa hasil interaksi ini dapat menghambat terbentuknya metabolit toksik seperti pada metabolit toksik paracetamol.

Penelitian yang dilakukan oleh tim selama kurang lebih empat bulan, bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektor daun beluntas yang diamati melalui histopatologi hati, SGPT, dan SGOT pada tikus jantan galur Wistar. Selain itu juga diamati interaksi antara senyawa myricetin, kaempferol, dan quercetin dengan reseptor enzim CYP P450 melalui molecular docking. Sehingga didapatkan Score Docking, RMSD, serta Visualisasi Ikatan Antara Protein Enzim CYP2E1 dengan ketiga ligand aktif tersebut.

Intinya, penelitian  ini dilakukan untuk mengembangkan  potensi bahan alam yang masih jarang dimanfaatkan sebagai agen hepatoprotektor. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dipublikasikan menjadi sebuah jurnal ilmiah.

“Hasil penelitian juga dapat dikembangkan menjadi produk kesehatan yang  dapat  dipatenkan sehingga dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya