SOLOPOS.COM - dr. Fandy Santoso Budiardjo Sp.PD, dokter di RS Indriati Solo Baru (Shoqib A/JIBI/Solopos)

Tips kesehatan dari RS Indriati Solo Baru.

Solopos.com, SUKOHARJO — Setelah cukup lama menghilang, penyakit difteri kembali mewabah di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan, di Soloraya, tepatnya di Karanganyar ada salah seorang pasien suspect difteri yang kini dirawat di RSUD Karanganyar.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit (RS) Indriati Solo Baru, Sukoharjo, dr. Fandy Santoso Budiardjo Sp.PD, mengatakan difteri merupakan penyakit saluran pernapasan atas akut yang disebabkan oleh toksin dari bakteri corynebacterium diphtheria. Anak-anak rentan terkena penyakit ini.

Penyakit ini menular melalui droplet atau cairan dari saluran nafas yang keluar saat bersin atau batuk. Anak dapat tertular oleh orang yang sakit difteri atau carrier.

Ekspedisi Mudik 2024

Carrier merupakan kondisi dimana seseorang di tubuhnya terdapat bakteri difteri namun tidak menunjukkan gejala penyakit ini.

“Jika ada yang terkena penyakit difteri, diusahakan untuk tidak kontak dengan banyak orang karena mudah menular ke orang lain,” katanya saat ditemui Solopos.com di RS Indriati Solo Baru, Sukoharjo, Jumat (22/12/2017).

Lebih lanjut, dia mengatakan gejala awal penyakit ini memang mirip dengan penyakit saluran nafas lainnya, seperti nyeri tenggorokan, sakit saat menelan, dan disertai demam.

Namun, orang yang terkena penyakit difteri ini biasanya akan ada lapisan putih tebal yang menutupi tonsil atau amandel. Jika lapisan ini menutup seluruh saluran pernafasan menyebabkan korban sulit bernafas dan menyebabkan kematian.

Beberapa gejala lainnya yakni pembengkakan kelenjar leher yang membuat leher seperti leher kerbau atau bull neck. Pada penyakit difteri yang berat, toksin bahkan dapat menyerang saraf dan jantung.

Jika menunjukkan gejala-gejala tersebut, korban harus sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit untuk memastikan diagnosis penyakit dan mendapatkan perawatan yang tepat.

Karena mudahnya penularan penyakit difteri, penderita yang dirawat di rumah sakit akan diisolasi dan tidak boleh dikunjungi untuk mencegah penularan. Jika tidak ditangani secara cepat, penyakit ini akan menyebabkan kematian.

Selain anak-anak, orang dewasa juga berisiko tertular penyakit difteri. Apalagi jika imunisasi dasarnya tidak lengkap atau memiliki kekebalan tubuh yang rendah.

“Oleh sebab itu, imunisasi dasar harus lebih digiatkan kembali. Edukasi mengenai vaksin harus ditata lebih agar diterima masyarakat dengan baik,” tuturnya.

Masyarakat yang sudah lebih dari sepuluh tahun tidak mendapatkan vaksin difteri juga harus melakukan vaksin ulang. Hal ini karena kekebalan dari vaksin difteri akan mulai menunjukkan penurunan setelah sepuluh tahun.

“Apakah kalau dewasa perlu divaksin ulang? Tentunya perlu. Hal ini karena vaksin difteri setelah sepuluh tahun akan mulai menunjukkan penurunan,” tuturnya.

Begitu pula dengan wanita hamil dengan usia kehamilan pekan ke 27 – 36 pekan ( trisemester ke 2 /3 ) sangat dianjurkan juga vaksin difteri meskipun belum 10 tahun dari pemberian vaksin difteri sebelumnya, hal ini berguna untuk kekebalan ibu dan bayi dalam kandungan.

Lebih lanjut, dia menuturkan RS Indriati Solo Baru, Sukoharjo memiliki fasilitas yang lengkap berupa layanan vaksinasi untuk berbagai penyakit termasuk vaksin difteri untuk masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya