SOLOPOS.COM - Ilustrasi remaja keluar malam (Dok/JIBI/Solopos)

Tips keluarga ini mengulas seputar pentingnya instropeksi orang tua, saat anak tidak betah di rumah.

Solopos.com, SOLO — Jangan anggap sepele ketika anak memilih menghabiskan waktu di luar rumah. Orang tua sebagai model dalam keluarga perlu intropeksi diri. Bisa jadi, kondisi di rumah sebagai penyebabnya. Simak tips kali ini, Minggu (1/3/2015).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Orang tua sering kali dibuat repot ketika anaknya lebih suka mencari kesenangan di luar rumah. Namun bukan berarti tindakan anak yang tidak betah di rumah sepenuhnya karena kesalahan anak. Bisa jadi karena sikap orang tua yang membuat anak tidak betah.

Memang bermain menjadi bagian penting dalam pertumbuhan anak. Namun jika anak bermain sampai lupa waktu, jangan anggap sepele hal itu.  Siapa tahu karena kondisi di rumah yang membuat anak memilih menghabiskan waktu di luar rumah. Jika demikian tentu kondisi di dalam rumah harus segera dibenahi.

Anak tidak betah di rumah bisa jadi karena kesepian, kurang komunikasi dengan keluarga, atau karena memang karakteristik si anak yang tidak suka berdiam diri di dalam rumah. Untuk mengatasi beberapa hal tersebut sangat dibutuhkan peranan orang tua. Apalagi jika anak lebih suka bermain atau menghabiskan waktu di luar rumah, bahkan anak sampai lupa waktu sehingga pulang sampai larut malam.

Padahal Tuhan Yang Maha Kuasa menganugerahkan waktu malam agar manusia bisa istirahat melepas penat. Karenanya ketika malam hari, sering dimanfaatkan anggota keluarga (kecuali mereka yang harus bekerja di malam hari) berkumpul di rumah untuk bercengkrama dan beristirahat. Namun, tetap saja ada anak yang lebih suka bermain di luar rumah dan memilih pulang ke rumah setelah malam bahkan dini hari.

Seperti yang dialami seorang ibu rumah tangga asal Mojosongo, Musiyem, 63, mengungkapkan anak sulungnya sering pulang larut malam. Bahkan terkadang sampai ke rumah pada dini hari atau bahkan ketika matahari sudah terbit.

“Sebenarnya saya sering menasihati agar tidak pulang terlalu malam. Saya inginnya jam 10 malam [pukul 22.00 WIB], dia sudah di rumah. Tapi anaknya tidak mau menurut,” jelasnya saat ditemui Solopos di tempat kerjanya, Selasa (17/2/2015).

Perlu Intropeksi
Biasanya ketika pulang malam, ungkapnya, anaknya bermain di rumah temannya. Tragedi kecelakaan yang terjadi beberapa waktu lalu ketika anak Musiyem menaiki kendaraan bermotor bersama temannya, nyatanya tidak membuatnya jera. “Kalau saya nasihati selalu berkata, Cah nom kok ra entuk dolan wengi [anak muda kok tidak boleh bermain di malam hari]. Jadi saya seperti sudah malas menasihati” jelasnya.

Peranan orang tua sangat diperlukan dalam kondisi seperti ini, seperti diungkapkan Agus Basuki, Psikolog Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Menurut dia, orang tua perlu memahami apa yang terjadi pada anak. “Jangan hanya memarahi, tapi carilah tahu penyebab anak tidak kerasan tinggal di rumah,” katanya.

Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua saat menghadapi persoalan seperti ini di antaranya ialah dengan membuka komunikasi dengan anak. Orang tua perlu jujur menyadari kualitas komunikasi antara dirinya dengan sang anak. Apakah hubungan komunikasi berjalan dengan baik atau ada masalah. “Orang tua perlu melakukan instrospeksi diri,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya