SOLOPOS.COM - Mendongengkan anak setelah waktu belajar membuat anak lebih cepat tidur. (Dok. Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kebutuhan tidur anak setiap hari relatif lebih banyak dibandingkan kebutuhan tidur orang dewasa. Menurut pakar kesehatan, kebutuhan tidur anak setiap hari sekitar 8 hingga 10 jam.

Psikolog keluarga dan anak asal Colomadu, Karanganyar, Maria Herlina Limyati, menerangkan kebutuhan tidur anak bisa dipenuhi hanya dengan tidur malam, atau dengan tidur malam dan tidur siang. Menurutnya, tak masalah jika seorang anak tidak mau tidur siang, asalkan pada malam hari tidurnya cukup.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

“Yang perlu diwaspadai kalau siang tidak mau tidur, malam harinya tidur hanya sebentar. Dikhawatirkan waktu istirahat kurang sehingga bisa memengaruhi kondisi kesehatannya,” jelasnya saat memberikan materi dalam acara parenting class yang digelar di Pendapa Kelurahan Penumping, Solo, Rabu (18/9/2013) lalu.

Jika si kecil istirahatnya kurang, ungkapnya, sebaiknya orang tua berusaha memaksa anak untuk istirahat. Tujuannya agar kesehatannya tetap terjaga. Siang hari ketika anak tidak mau tidur, sarannya, orang tua harus menciptakan kondisi agar anaknya dalam kondisi tidak terlalu aktif. Misalnya mengajak anak rebahan di tempat tidur sambil bercerita. “Itu bagian dari istirahat juga,” katanya.

Sebaiknya, kata Maria, orang tua juga membuat kesepakatan dengan anak. Misalnya pukul 19.00 WIB televisi harus sudah mati. Selanjutnya ajak anak membaca buku cerita. “Jika suasana keluarga mendukung, biasanya anak akan segera tidur,” ujarnya.

Salah seorang guru TK Islam Internasional Al Abidin Banjarsari, Solo, Tuwiyem, menerangkan lama tidaknya tidur seseorang biasanya dipengaruhi oleh jam biologisnya masing-masing. Setiap orang memiliki jam biologis tertentu yang dipengaruhi oleh kebiasaan. “Kalau anak-anak, asalkan kebutuhan tidur terpenuhi sekitar delapan jam, biasanya dia tidak akan rewel,” katanya.

Kesepakatan

Ketika anak mulai sering tidur larut malam dan pagi harinya susah dibangunkan, Tuwiyem menyarankan agar orang tua membuat kesepakatan dengan anak. Misalnya ketika anak tidur larut malam, ajak anak menyiapkan segala keperluan sekolah, sebelum tidur. Tujuannya agar pagi harinya ketika anak bangun tidur agak siang, tidak tergesa-gesa menyiapkan keperluan sekolah.

Pemberian pemahaman kepada anak, menurut Tuwiyem, juga sangat penting dilakukan yaitu memberi tahu anak, apa akibatnya jika dia tidur larut malam. Misalnya pagi harinya jadi malas bangun pagi, tergesa-gesa menuju ke sekolah, di sekolah mengantuk dan sebagainya. Jika anak tahu akibatnya, biasanya dia akan lebih menuruti apa nasihat orang tua.

Mekanisme reward and punishmen, terangnya, juga bisa menjadi salah satu solusi jika anak selama ini susah diajak segera tidur malam. Orang tua bisa membuat kesepakatan dengan anak, jika mereka mau segera tidur dan pagi harinya bangun pagi, akan menerima hadiah tertentu. Sebaliknya jika anak tak mau segera tidur dan pagi harinya susah dibangunkan, akan menerima akibatnya. “Tapi jangan sampai pemberian hadiah ini menjadikan anak ketagihan,” ujarnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya