SOLOPOS.COM - Ilustrasi Sujud Syukur Seusai Ujian Nasional (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Pendidikan anak akan mencapai hasil maksimal jika pihak sekolah dan orang tua anak bekerja sama. Orang tua harus menjadi partner sekolah dan menyadari bahwa ia tidak bisa hanya menyerahkan masalah pendidikan anak ke sekolah.

Nasihat itu disampaikan pemerhati anak yang juga dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Hasto Daryanto. Menurutnya, orang tua seharusnya memiliki visi dan konsep yang sama dengan lembaga pendidikan dalam mendidik anak.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Orang tua, lanjutnya, perlu memahami filosofi lembaga dalam mendidik anak dan siap berperan agar rumah menjadi penjaga nilai-nilai yang diajarkan di sekolah. “Orang tua juga perlu mengetahui idealism lembaga sehingga bisa menjadi penyeimbang bahkan penambah nilai dalam keberhasilan tumbuh kembang anak,” jelasnya saat menjadi pembicara Seminar Dahsyat Solopos Ceria bertema ”Cara Mendidik Kreatif Anak Usia Dini” di Graha Soloraya, Solo, Sabtu (17/5/2014).

Ekspedisi Mudik 2024

Master trainer PAUD tingkat nasional, Galuh Murya Widawati, mengungkapkan tugas utama orang tua dalam pendidikan anak yaitu sebagai fasilitator, motivator dan evaluator. Galuh menyarankan agar orang tua membiarkan anak melakukan banyak hal yang bisa mengasah kemampuan kreativitasnya. Selanjutnya selalu memberikan motivasi kepada anak bahwa ia pasti bisa. Menurutnya, hanya dengan bermain anak bisa belajar dengan cara menyenangkan. Bagaimana merancang pembelajaran yang menyenangkan, orang tua juga perlu memahami bagaimana anak belajar dan bermain.

Soal bagaimana anak belajar dan bermain, kata Galuh, pada anak usia 0-6 bulan, mereka belajar dengan melihat, anak usia 6 bulan sampai satu tahun belajar dengan menyentuh, anak usia satu hingga enam tahun belajar dengan melakukan kegiatan, anak usia enam sampai tujuh tahun belajar dengan aturan aturan.

Untuk membentuk sifat atau kepribadian anak, terangnya, pada anak usia 0-12 tahun harus dimulai dengan pembiasaan yang positif. Jika sudah ada pembiasaan, ketika anak berusia 12-18 tahun akan menjadi kebiasaan anak. Kebiasaan anak selanjutnya akan menjadi karakter yang kemudian mengakar menjadi sifat atau kepribadian.

Galuh juga meminta orang tua bersikap waspadsa terhadap anak-anak yang suka menonton televisi. Pasalnya berdasarkan hasil survei, konten acara televisi di Indonesia, 91% adalah program untuk orang dewasa, 97% tayangan hiburan dan hanya 3% program pendidikan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya