SOLOPOS.COM - Ilustrasi wanita pekerja mengasuh anak sambil bekerja (babylog wisheshe com)

Solopos.com, SOLO — Setelah menikah dan memiliki buah hati, peran wanita bertambah. Kehadiran anak memang membawa kebahagiaan tersendiri bagi pasangan suami istri. Namun, kehadiran anak juga membawa konsekuensi tersendiri dan peran baru bagi wanita, yaitu sebagai ibu. Tatkala kondisi telah berubah, tuntutannya pun berubah. Karier harus terus melaju, anak wajib terawat.

Alhasil, wanita pun seperti pemain akrobat yang harus bisa menyeimbangkan semua peran yaitu sebagai ibu, istri sekaligus pekerja. Menjalankan ketiga peran tersebut memang penuh tantangan, terutama saat si kecil masih membutuhkan perhatian ibu, sementara di satu sisi si ibu harus kembali masuk kerja setelah menikmati masa cuti melahirkan tiga bulan sesuai Undang-Undang No. 13/2003 tentang Tenaga Kerja.

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Para wanita karier pun akhirnya dihadapkan dengan pilihan sulit, karier atau anak. Lantaran kondisi finansial, tak sedikit wanita memilih tetap berkarier. Namun di satu sisi, pilihan ini membawa masalah tersendiri yaitu ibu harus mencari pengasuh untuk anaknya selama dia dan suami bekerja. Seperti yang dialami Ratna, salah satu Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Solo.

Ekspedisi Mudik 2024

Rona kebahagian masih terpancar jelas di raut wajahya saat ditemui Solopos.com, pengujung tahun 2013. Maklum saja, Ratna baru saja dikaruniai seorang bayi perempuan. Penantiannya menimang sang buah hati akhirnya terkabul juga. Namun kebahagian itu tak berlangsung lama. Sebab hari-hari terakhir masa cuti melahirkan habis, ia belum juga menemukan seorang pembantu rumah tangga (PRT) yang bakal menjaga buah hatinya tersebut. “Bingung dan ini pilihan paling berat yang saya alami dalam hidup, yaitu karier atau anak saya,” ujarnya.

Awalnya dua pekan pertama masuk kerja setelah cuti melahirkan, bayinya masih diasuh oleh orang tuanya yang datang ke rumahnya. Namun lantaran orang tua tak bisa meninggalkan rumah yang berlokasi di luar kota terlalu lama, akhirnya dengan terpaksa sang buah hati dibawa ke rumah orang tua di luar kota dan kini diasuh orang tuanya, berjauhan darinya. Namun, ia justru merasa lega anaknya dalam pengasuhan orang terdekat. Dan bukan orang lain yang yaitu PRT atau babysitter.

“Sekarang long distance dengan anak. Anak saya diasuh sama ibu di Magelang sana. Rasanya sedih, tidak bisa mengasuh anak langsung,” tuturnya.

Kondisi sama dialami PNS Sragen, Agnes S. yang juga diribetkan urusan mencari pengasuh anak hingga ke pelosok-pelosok desa.  Ia mencari seseorang yang cocok dan bisa mengasuh dua putranya. Sejauh ini, ia juga mempercayakan kedua orang tuanya untuk mengasuh kedua putranya. Situasi tersebut menurutnya berlangsung sampai nanti ia mendapatkan pengasuh anak yang cocok. “Carinya sudah kemana-mana tapi belum dapat pembantu juga. Jadi ya sementara diasuh ibuku dulu sambil nyari ke pelosok desa,” katanya.

Pekerja swasta, Eni W., juga merasakan hal yang sama. Ia dihadapkan dalam dua pilihan tersulit dalam hidupnya, yakni karier atau anak. Ibu dua anak ini akhirnya memilih tempat penitipan anak untuk mengasuh dua buah hatinya. “Awalnya ada PRT. Tapi karena sering izin padahal saya dan suami kerja, akhirnya saya hentikan dia dan sekarang pilih menitipkan anak di tempat penitipan tidak jauh dari rumah,” katanya.

Eni mengaku merasa lebih tenang anaknya dititipkan di tempat penitipan anak (TPA), selain kenal dekat dengan para pengasuhnya, tempat itu juga lebih nyaman dan aman. Dia membandingkan dengan menggunakan PRT yang justru suka ngerumpi dan meninggalkan tugas menjaga anaknya.

Hal kurang lebih senada juga dirasakan Dyah Respati, seorang karyawati perusahaan swasta. “Kalau meninggalkan karier, rasanya eman-eman. Tapi di satu sisi, saya juga bayi berumur 3 bulan dan belum juga mendapatkan babysitter. Solusinya ya saya terpaksa mendatangkan ibu dari luar kota, saya minta ibu menjaga anak selama saya bekerja,” jelasnya, Selasa (10/12/2013).

Dia mengaku sebenarnya sungkan melibatkan ibunya dalam pengasuhan anak mengingat ibu sudah memasuki usia senja dan mudah lelah lantaran faktor usia. Karena itu, dia tetap berusaha mencari babysitter. “Jadi biar babysitter yang mengurus anak, sementara ibu mengawasi kerja si babysitter agar ibu tidak terlalu lelah,” tandasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya