SOLOPOS.COM - Anak didampingi ortu saat menyaksikan televisi (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO– Tayangan iklan di televisi yang dikemas semenarik mungkin, dengan model iklan yang cantik dan ganteng, jingle yang catchy, hingga ucapan persuasif dari model iklannya menjadikan penonton tertarik.

Menurut penuturan Herman Wijoyo, psikolog anak dari Jogja, memang ada kecenderungan anak lebih mudah terpikat pada iklan. Hal ini tak lepas dari kemasan iklan yang dibuat. “Apalagi durasi penayangan iklan relatif lebih lama dibanding acara inti. Tak jarang pula iklan panjang berderet dimunculkan di sela-sela acara kartun favorit anak,” ujarnya lagi belum lama ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lantaran daya kritis anak belum terbentuk, maka, menurut Herman, mereka lebih mudah terpengaruh oleh iklan. “Sebetulnya tak masalah jika anak hanya sekadar meniru ucapan dalam iklan. Namun akan mengkhawatirkan jika anak sudah mulai berani meminta apapun produk yang ditawarkan iklan. Minta dibelikan sepeda, belanja baju di Matahari, minta makan di restoran seperti Pizza Hut, atau minta dibelikan gadget tertentu. Lebih-lebih jika orang tua tidak memiliki materi yang cukup,” urainya.

Ekspedisi Mudik 2024

Jika sudah begitu, Herman menganjurkan orang tua untuk memberikan pengertian pada anak-anak. “Ajak anak untuk bersikap kritis saat menyaksikan iklan. Misalnya dengan cara mengajak anak mengritik muatan iklan perihal iklan yang tak masuk akal atau yang berlebihan. Tentu saja orang tua harus mengajak berbicara anak dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami,” tuturnya.

Singkatnya, menurut Herman, orang tua harus mengajarkan jurus-jurus periklanan beserta segala tipu daya iklan. “Jelaskan bahwa rambut tak bisa langsung serta-merta hitam dan lembut begitu memakai produk shampoo, ajarkan bahwa jerawat tak bisa langsung hilang, kulit tak bisa mendadak putih sekalipun sudah pakai kosmetik hebat. Jelaskan segala hal dalam iklan pada anak,” ungkapnya.

Jika komunikasi ini berhasil, Herman menjamin anak akan cenderung bersikap kritis dan melek iklan. “Nantinya bahkan ia bisa menjadi konsumen yang cerdas sehingga tak terpengaruh pada muatan iklan di televisi,” tambahnya. Ini penting, karena membuat anak berlatih untuk mengenali apa yang benar-benar menjadi kebutuhannya, bukan dijajah oleh keinginan yang tumbuh akibat iklan, dan berlatih hidup hemat.

Langkah kedua, sebenarnya lebih mudah dilakukan yakni dengan cara menekan tombol mute saat iklan tayang. “Cara ini ditempuh untuk mengurangi sebagian daya pikat iklan. Beri syarat pada anak sebelum ia menonton televisi, yakn wajib menekan tombol mute saat iklan muncul. Lakukan berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya