SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak belajar (Dailymail.co.uk)

Tips asuh anak berikut mengenai cara memotivasi anak berkosentrasi.

Harianjogja.com, JOGJA- Seringkali anak-anak yang sebenarnya mampu mengerjakan sesuatu dengan baik mengalami kesulitan menyelesaikan tugasnya sampai tuntas. Ada juga anak yang mengalami kesulitan untuk mendengarkan atau duduk dengan tenang saat belajar. Mengapa? Hal ini bisa saja berkaitan dengan kemampuan anak untuk berkonsentrasi atau fokus dalam mengerjakan sesuatu hingga selesai.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Menurut Guru di Olifant Kinanti Paramesti, ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi daya konsentrasi anak. Seperti faktor usia. Usia anak sama dengan kemampuan lama berkonsentrasi dalam satuan menit. Daya konsentrasi anak berusia dua tahun, misalnya, maksimal adalah dua menit. Sedangkan untuk orang dewasa, daya konsentrasi maksimal adalah 30 menit meski usia sudah di atas 30 tahun.

Selain faktor usia, faktor minat dan ketertarikan juga memengaruhi masalah konsentrasi. Anak berusia sembilan tahun dengan daya konsentrasi maksimal hanya sembilan menit, mampu bermain game sampai berjam-jam. Hal ini dikarenakan bermain game sangat menarik bagi anak-anak. Bahkan, mereka rela memaksa berkonsentrasi jauh lebih lama karena mereka berminat atau sangat tertarik untuk bermain game.

“Dengan kita membuat acara belajar seperti bermain, anak-anak tentunya akan menunjukkan ketertarikan yang besar sehingga mampu berkonsentrasi untuk menerima materi belajar lebih lama,” kata Kinanti melalui rilis yang diterima Harianjogja.coma, Rabu (16/9/2015).

Faktor lain yang memengaruhi konsentrasi anak adalah faktor lingkungan. Lingkungan terkadang mampu mendukung anak untuk lebih lama berkonsentrasi. Tetapi, lingkungan juga bisa menjadi penghambat konsentrasi anak. Benda-benda seperti TV, radio, gadget, video game, komputer atau laptop dapat mengurangi daya konsentrasi anak. “Benda-benda tersebut lebih menarik dibandingkan anak harus duduk lama untuk belajar. Ada baiknya ketika anak belajar, ada ruangan khusus,” usulnya.

Kinanti menambahkan, gaya belajar juga bisa mendukung anak berkonsentrasi. Terdapat tiga gaya belajar, gaya belajar auditori, visual, dan kinestetik. Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Biasanya, anak atau orang memiliki kombinasi dari dua jenis gaya belajar, tetapi ada satu yang lebih dominan.

“Kita perlu memahami gaya belajar anak-anak agar bisa membantu untuk meningkatkan daya konsentrasi saat belajar. Misalkan, anak dengan gaya belajar kinestetik akan merasa sangat bosan dan mudah teralihkan saat harus belajar dengan cara duduk tenang sambil membaca atau menulis,” ujarnya.

Menurutnya, konsentrasi anak bisa berkurang akibat muncul rasa cemas. Kondisi tersebut terkadang tidak disadari orangtua. Anak-anak pun terkadang belum bisa mengungkapkan itu. Ada juga konsentrasi anak berubah karena energi berlebih dan bersemangat saat beraktivitas. Padahal, jika terlalu bersemangat anak akan mudah teralihkan konsentrasinya.

“Anak yang terlalu bersemangat bisa menjadi berkonsentrasi. Ia akan merasa gelisah dan selalu ingin bergerak jika diminta untuk duduk tenang dan belajar. Hal ini bisa kita siasati dengan mengurangi makanan manis atau beraktivitas olah badan ringan agar energi anak bisa sedikit tersalurkan sebelum memulai belakar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya