SOLOPOS.COM - LIONG DUPA TIONG CHIUA

Tionghoa Jogja akan menggelar festival Tiong Chiu

Harianjogja.com, JOGJA — Ada tiga agenda budaya Tiongho yang rutin digelar tiap tahun oleh Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC). Dalam waktu dekat, akan ada festival Tiong Chiu atau hari raya pertengahan musim gugur. Tahun ini, festival ini akan jatuh pada 15 September.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Sekretaris JCACC Oye Liong Ho pernah mengatakan, festival ini digelar di halaman Klenteng Tjen Ling Kiong setiap tanggal 15 bulan delapan dalam kalender Imlek. Festival ini jatuh pada pertengahan musim gugur di Tiongkok.

Dalam perayaannya, biasanya ditampilkan fragmen legenda mengenai Dewi Bulan. Dikisahkan dalam legenda bahwa pada tahun XII di masa pemerintahan Kaisar Yao (2346 SM) ada bencana besar melanda negerinya. Munculnya 10 matahari yang merupakan perwujudan putra-putri dewa tertinggi yang berkuasa di langit bagian timur, yakni Di Jun mengakibatka kekeringan dimana-mana sehingga kelaparan melanda seluruh negeri.

Kemudian, sang penguasa langit tersebut mengutus seorang malaikat bernama Hou Yi untuk mengendalikan putra-putrinya, maka segeralah Hou Yi turun ke bumi bersama Chang E, istrinya untuk menunaikan tugas yang diberikan oleh penguasa langit. Karena melihat keadaan bumi yang sudah sangat parah, Hou Yi yang juga seorang pemanah ulung segera melaksanakan tugas dari penguasa langit, dengan memanah sembilan matahari yang ada.

Akan tetapi Hou Yi lupa bahwa matahari-matahari tersebut adalah putra-putri penguasa langit sehingga murkalah sang penguasa langit dan mengutuk Hou Yi hingga tak bisa lagi kembali ke langit. Chang E menjadi sedih karena tidak bisa kembali ke langit hingga hubungan antara Chang Edan Hou Yi menjadi dingin. Akibat hubungan antara keduanya yang dingin ini Hou Yi sempat menjalin kasih dengan seorang dewi bernama Mi Fei yang merupakan istri dari dewa bernama He Bo.

Hubungan ini membuat He Bo murka dan merubah dirinya sendiri menjadi seekor naga untuk mengejar Hou Yi. Beruntunglah Hou Yi yang merupakan pemanah ulung dan berhasil menembakkan anak panahnya tepat di mata kiri He Bo. Melihat kejadian ini Mi Fei memutuskan untuk meninggalkan Hou Yi dan kembali pada He Bo.

Pada suatu hari Hou Yi bertemu Xi Wang Mu, dewi penguasa langit barat dan mendapatkan obat hidup abadi. Hubungan Hou Yi dan Chang E tetap dingin, hingga pada suatu hari ketika Hou Yi tidak berada di rumah, Chang E menemukan ada cahaya putih yang bersinar terang dan menyebarkan aroma harum yang berasal dari salah satu pilar istananya. Ternyata di pilar itulah Hou Yi menyembunyikan obat abadi pemberian Xi Wang Mu. Entah apa yang dipikirkan Chang E saat itu,ditelannya obat tersebut.

Tubuh Chang E menjadi ringan dan terus melayang hingga ke bulan. Di bulan Chang E kesepian tanpa Hou Yi dan Chang E hanya bisa mengenang saat-saat bahagia bersama Hou Yi. Hou Yi pun merasa demikian hingga berniat menyusul Chang E ke bulan, akan tetapi topan besar menerpa dan membuat tubuhnya terdampar di puncak gunung yang di huni oleh Dong Wang Gong, penguasa langit timur.

Oleh Dong Wang Gong, Hou Yi diminta untuk mengikhlaskan kepergian Chang E serta mengatakan bahwa Hou Yi telah pantas menjadi dewa mengingat betapa besar jasanya membantu manusia. Dong Wang Gong juga memberi Hou Yi sebuah kue dan jimat yang membuat Hou Yi tahan terhadap hawa dingin di bulan. Akhirnya Hou Yi dapat menyusul Chang E ke bulan dan mendirikan istana yang diberi nama Guang-han Gong. Oleh kaisar Yau, Hou Yi diangkat menjadi Zhong-bu-shen atau malaikat yang bertugas menghindarkan penduduk dari musibah atau bencana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya