SOLOPOS.COM - Kebaya Encim karya Afif Syakur yang dipajang di Rumah Budaya di Kampoeng Ketandan selama Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XII, Selasa (7/2/2017). (Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Tionghoa Jogja, ada perkawinan budaya sejak ratusan tahun lalu

Harianjogja.com, JOGJA — Akulturasi budaya Tionghoa dengan Jawa sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu. Salah satu bentuk akulturasi tersebut adalah kebaya encim.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Pengamat Budaya Tjundaka mengatakan, orang Tionghoa mengenakan kebaya sudah sejak ratusan tahun lalu. Hal itu diawali pernikahan campur dengan penduduk pribumi sehingga melahirkan kebudayaan baru. “Kenapa orang Tionghoa banyak yang memakai kebaya? Karena ibunya orang Jawa, tentu anaknya juga pakai kebaya,” ungkap dia ketika ditemui di Rumah Budaya Kampoeng Ketandan, Jogja, Selasa (7/2/2017) petang.

Tjundaka mengungkapkan, seiring perkembangan zaman, orang-orang semakin melupakan keberadaan kebaya encim. Bahkan, orang-orang Tionghoa juga semakin tidak tahu mengenai kebaya ini. Kebaya encim semakin jarang dipakai untuk pakaian sehari-hari dan beralih ke pakaian modern.

“Di Ketandan sendiri sudah tidak ada yang memakai. Sudah beda generasi. Tahun 1983 atau 1982 saya masih menemukan tetangga saya memakai kebaya encim. Sekarang tidak ada yang mengenakan lagi,” papar dia.

Dalam kehidupan modern, kebaya encim sebetulnya bisa digunakan untuk menghadiri sebuah acara seperti pesta. Namun, jumlah orang yang mengenakan bisa dibilang dapat dihitung dengan jari. Tjundaka menilai, kemungkinan ada perasaan akan terlihat aneh jika mengenakan kebaya encim meskipun hal itu warisan leluhur.

Salah satu upaya untuk mengingatkan kembali pada akar budaya, ditampilkan koleksi kebaya encim karya Afif Syakur di Rumah Budaya Kampoeng Ketandan selama pelaksanaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XII. Melalui kegiatan ini, ia berharap masyarakat dan generasi muda memahami mengenai sejarah kebaya encim.

“Di Singapura, kebaya encim sudah kembali populer. Kita harus merawat dan menjaga warisan budaya,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya