SOLOPOS.COM - -Sekretariat JCACC di Gedung Bhakti Loka, Jl Poncowinatan No 20, Jogja, Rabu (20/7/2016).(Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Tionghoa Jogja mempertahankan budaya yang ada.

Harianjogja.com, JOGJA — Jogja Chinese Art and Culture (JCACC) atau pusat seni dan budaya Tionghoa Yogykarta merupakan organisasi atau lembaga swadaya masyarakat DIY. Anggotanya adalah paguyuban-paguyuban masyarakat Tionghoa DIY.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

JCACC menjadi wadah paguyuban tersebut dalam mengapresiasi dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan masyatakat Tionghoa khususnya DIY. Lembaga ini berdiri pada 9 Februari 2009. Sekretaris JCACC Oye Liong Ho mengatakan, munculnya JCACC diawali dari perayaan tahun baru Imlek di Ketandan pada 2006. Setelah tiga kali diadakan, muncul ide untuk membuat sebuah wadah karena perayaan tersebut harus ada yang menaungi.

Ekspedisi Mudik 2024

“Paguyuban-paguyuban Tionghoa ikut bergabung dan setelah PBTY ketiga, JCACC baru dibentuk,” kata dia kepada Harianjogja.com ketika ditemui di Sekretariat JCACC di Gedung Bhakti Loka, Jl Poncowinatan No 20, Jogja, Rabu (20/7/2016).

Ia menjelaskan JCACC memiliki visi ke depan agar JCACC tidak hanya menggelar event tetapi juga sebagai pusat kesenian dan kebudayaan. JCACC menargetkan bisa memiliki semacam perpustakaan untuk pusat literatur dan diharapkan bisa menjadi pusat pelatihan bahasa.

“Tapi, ini program jangka panjang. Kami ingin melestarikan kebudayaan Tionghoa yang ada di Indonesia,” kata dia.
Kegiatan selama ini, selain menggelar event kebudayaan, JCACC kerap mendapatkan kunjungan dari dalam negeri dan luar negeri seperti Tiongkok. Selain itu, mahasiswa juga sering berkunjung ketika membutuhkan data untuk membantu studi yang sedang dijalani.

“Kami juga selalu melibatkan anak-anak muda dalam setiap kegiatan agar ada regenerasi,” kata dia.

Saat ini, JCACC mengampu tiga event budaya Tionghoa di DIY yaitu perayaan Tahun Baru Imlek yang disebut dengan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY). Event ini biasa digelar di Kampung Ketandan, Jogja, selama lima hari. Puncak festival ini bertepatan pada perayaan Cap Go Meh.

Kemudian, ada perayaan Peh Cun dengan menggelar festival perahu naga. Festival ini biasanya jatuh pada Juni dan diselenggarakan di Pantai Parangtritis, Bantul. Perayaan ketiga adalah perayaan kue bulan atau Tiong Jiu yang biasanya jatuh pada September. Event ini digelar di Klenteng Tjen Ling Kiong atau Klenteng Poncowinatan.

Ada 14 paguyuban yang tergabung dalam JCACC. Paguyuban-paguyuban itu adalah Yayasan Bhakti Loka, Perkumpulan Budi Abadi (Hoo Hap Hwee), Perhimpunan Fu Qing, Paguyuban Hakka, Hin An Hwee Koan, Perhimpunan Warga Cantonese Yogyakarta (Perwacy), Paguyuban Warga Tionghoa Bhakti Putera Yogyakarta, Paguyuban Alumni Sekolah Tionghoa Indonesia (PASTI), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ), Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI), Paguyuban Mitra Masyarakat Yogyakarta (Pamitra), Yayasan Persaudaraan Masyarakat Jogja (YPMJ), dan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) DIY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya