SOLOPOS.COM - Gerbang Ketandan. Foto diambil, Rabu (16/3/2016). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Tionghoa Jogja untuk gerbang Ketandan memiliki makna khusus.

Harianjogja.com, JOGJA—Gerbang Ketandan yang berada di tepi Jalan Malioboro sudah tiga tahun berdiri. Gerbang ini sebagai penanda Kampung Ketandan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Umum Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) sekaligus arsitek Gerbang Ketandan Harry Setia

Ketua Umum Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) sekaligus arsitek Gerbang Ketandan Harry Setia ketika ditemui di Sekretariat Budi Abadi, Bintaran Wetan, Jogja, Jumat (11/3/2016). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Ketua Umum Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) sekaligus arsitek Gerbang Ketandan Harry Setia ketika ditemui di Sekretariat Budi Abadi, Bintaran Wetan, Jogja, Jumat (11/3/2016). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

mengungkapkan, gerbang itu diresmikan pada 20 Februari 2013. Awal mula didirikannya gerbang itu tak lepas dari Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY)  dan sejarah unik keterikatan masyarakat  Ketandan dengan Kraton Jogja.

PBTY yang dimulai secara sederhana pada 2005 lalu terus berkembang. Animo masyarakat pun semakin lama semakin besar. Pada 2010 ada wacana untuk membuat sebuah gapura sederhana sebagai penanda lokasi Kampung Ketandan yang selalu menjadi lokasi digelarnya PBTY.  Harry dan rekan-rekannya mencari sponsor dan tercetus untuk membuat gapura permanen.

“Saat itu diperkuat oleh Gubernur DIY dan Walikota Jogja untuk tanda Kampung Ketandan dan jadi satu destinasi,” ujar dia kepada Harianjogja.com, ketika ditemui di Sekretariat Budi Abadi, Bintaran Wetan, Jogja, Jumat (11/3/2016).

Bangunan gapura itu dibuat unik dan menjadi sangat khas untuk wilayah DIY. Gapura ini memiliki bentuk fisik tinggi sekitar 11 meter dengan lebar tujuh meter. Harry yang memiliki disiplin ilmu desain dan teknik sipil dipercaya menjadi arsitek denga masukan dari teman-temannya mengenai model gapura. Pilar gapura memiliki diameter 60cm di mana proses menggambar desain selama satu hingga minggu. Gerbang yang dibangun dengan biaya kurang lebih Rp200 juta ini diselesaikan dalam waktu satu bulan.

“Gerbang itu mencerminkan akulturasi. Ada unsur DIY dan Tiongkoknya. Kami sesuaikan dengan ciri khas  dan masyarakat sekitar,” ungkap dia.

Perpaduan warna merah dan hijau ditonjolkan di mana warna hijau senada dengan warna Kraton Jogja. Gerbang itu memiliki bentuk atap menyerupai gelombang di laut dengan lengkungan khas. Hal itu merupakan ciri khas bangunan Tiongkok, begitu juga dengan rete-rete yang dibuat khas. Kemudian, pada gerbang itu terdapat naga yang merupakan lambang dari kewibawaan, keperkasaan, dan kejujuran.

“Sifatnya mendatangkan energi positif. Salah satu ciri khas kebudayaan Tionghoa  untuk metafora binatang menjadi naga,” papar dia.

Kemudian, ada pula sepasang patung kilin di mana merupakan pengejawantahan cipta, rasa, dan karsa manusia sebagai singa. Ada laki-laki dan perempuan yang mewakili yin dan yang di mana semua selaras. Kemudian, ada pula burung hong atau phoenix yang menjadi kelengkapan naga. “Mereka saling terkait. Pembangunan gerbang juga harus memperhatikan keselarasan dan keseimbangan,” ujar dia.

Pada rete-rete ada patung kelelawar yang melambangkan orang yang siaga dan bekerja dengan rajin. Ada pula sunggingan yang merupakan akulturasi budaya di mana sunggingan awalnya berasal dari kebudayaan Tiongkok.

Saat ini, perawatan diserahkan ke Pemkot Jogja karena gerbang tersebut sudah diserahterimakan. Harapannya, Ketandan bisa dilestarikan karena ada satu rumah cagar budaya yakni milik Tan Jin Sing. Kemudian, diharapkan ada rumah budaya yang digunakan untuk museum atau galeri. “Saya orang Indonesia. Dan meskipun sedikit ingin bisa memberikan kepada anak, keluarga, dan masyarakat. Jogja dibangun beberapa etnis. Warna-warna inilah, maka jadi Jogja Istimewa,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya