SOLOPOS.COM - Anggota Komisi X DPR Adrianus Asia Sidotsaat menjadi narasumber Seminar Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah: Tantangan dan Strategi Pelaksanaan, Selasa (8/11/2022). (Istimewa/Humas UKSW)

Solopos.com, SALATIGA–Berdasarkan skor pada Programme for International Student Assessment atau PISA 2018, Indonesia berada di posisi 71 atau peringkat 6 dari bawah yang menunjukkan belum maksimalnya kualitas pendidikan di Indonesia.

Ditambah krisis pembelajaran selama masa pandemi Covid-19, menyebabkan kualitas pendidikan makin mengalami penurunan signifikan.

Hal tersebut disampaikan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Herry Sanoto, dalam Seminar Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah: Tantangan dan Strategi Pelaksanaan, Auditorium FTI UKSW, Selasa (8/11/2022).

Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Dies Natalis ke-66 FKIP UKSW.

Herry Sanoto menyebut menyongsong Indonesia Emas 2045 maka diperlukan sebuah transformasi di bidang pendidikan.

Baca Juga: Disertasi Kepatuhan Pajak UMKM, Antar Hikmah Lulus Doktor Manajemen UKSW

Transformasi yang salah satunya dilakukan melalui implementasi kurikulum merdeka diharapkan dapat menjadi solusi untuk mewujudkan Indonesia emas 2045.

“Kurikulum merdeka bisa menjadi terobosan, terlebih di wilayah 3T yakni terdepan, terluar, dan tertinggal,” papar dia.

Senada, anggota Komisi X DPR Adrianus Asia Sidot yang hadir sebagai narasumber dalam acara ini menyebut bahwa suksesnya implementasi kurikulum merdeka tidak lepas dari peran guru yang menjadi salah satu pemantik proses pembelajaran.

Penting bagi para guru untuk mengenali potensi anak didiknya.

“Selain itu, ketahanan mental para guru menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan pendidikan di daerah terpencil. Menurutnya tantangan berupa kondisi alam, sosial dan budaya sangat besar,” papar dia.

Baca Juga: Berikan Banyak Manfaat, FKIP UKSW dan KGS Jambi Perpanjang Kerja Sama

Indonesia sendiri, jelas dia, belum memiliki peta pendidikan yang jelas. Pihaknya melalui komisi X DPR meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi untuk merumuskan peta pendidikan Indonesia dengan melibatkan seluruh stakeholders.

“Sejumlah strategi pelaksanaan kurikulum merdeka telah dirancang, namun mengenai implementasinya di daerah 3T perlu untuk ditinjau ulang. Hal ini tidak lepas dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang berfungsi dalam menyediakan beragam pilihan asesmen dan perangkat ajar dalam bentuk digital yang dapat menjadi salah satu strategi yang diterapkan. Sementara itu fasilitas di daerah belum sepenuhnya merata,” imbuh dia.

Adrianus berharap strategi yang dapat diterapkan saat ini adalah dengan membentuk komunitas belajar oleh lulusan guru penggerak maupun diinisiasi oleh pihak sekolah sebagai wadah saling berbagi praktik implementasi kurikulum merdeka.

Staf ahli DPD Untung Sidupa menyebutkan beragam tantangan implementasi Kurikulum Merdeka di wilayah 3T secara khusus di wilayah Kalimantan Barat.

Disampaikannya, perlu dipikirkan proses implementasi kurikulum tersebut di daerah yang memiliki permasalahan serius terutama disebabkan prasarana transportasi dan penerangan.

Baca Juga: Creative Art Ministry, Ajang Unjuk Karya dan Kreativitas Warga UKSW

“Sejak 2012, bersama dengan sebuah LSM yang konsen di bidang pendidikan kami telah menggagas program Sekolah Harmoni Hijau yang menekankan kemampuan pembelajaran anak di dalam dan di luar kelas, anak diajak menyatu dengan alam sehingga materi pembelajaran dapat dialami secara langsung oleh anak didik. Ini selaras dengan kurikulum merdeka,” jelas dia.

Selain seminar, rangkaian Dies Natalis ke-66 FKIP telah diawali dengan kegiatan seni kemahasiswaan yang mengusung penguatan seni yang sejalan dengan nilai cross cultural understanding.

Ketua panitia Dies Natalis FKIP Nani Mediatati menyebut sebagai puncak acara masih akan diselenggarakan Ibadah Syukur pada 23 November mendatang dengan mengusung tema Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.

“Harapan utama dalam rangkaian Dies Natalis FKIP UKSW 2022 adalah bahwa FKIP yang merupakan bagian yang tidak terpisah dalam sejarah berkembangnya UKSW dapat terus bisa menjadi fakultas yang memberi kontribusi baik bagi universitas, mahasiswa dan masyarakat. Jika FKIP terus didukung untuk bangkit dan terus maju, FKIP terus akan bisa bersinar memberikan pelayanan kasih dalam bidang pendidikan bagi masyarakat,” imbuh dia.

Baca Juga: Diskominfo Salatiga Gandeng UKSW Tingkatkan Layanan Informasi Publik

Adapun sebagai simbolisasi peringatan Dies Natalis ke-66, Dekan FKIP UKSW menyerahkan potongan tumpeng kepada Pembantu Rektor IV UKSW, Joseph Ernest Mambu, mewakili rektor.

Joseph turut menyampaikan apresiasi atas berbagai capaian FKIP selama ini. Dikatakannya, spirit melayani perlu untuk terus dipertahankan.

“FKIP telah melayani banyak masyarakat Indonesia seperti sejarah berdirinya yakni untuk melayani bangsa. Di usia ke 66 tahun, sebagai salah satu fakultas tertua menjadi hal yang relevan jika dulu ingin mengisi kemerdekaan makan sangat relevan jika sekarang mengimplementasi kurikulum merdeka. Spirit kurikulum merdeka kita tangkap bukan tanpa alasan yang kosong tapi mari kritisi bersama,” jelas dia.

Rekomendasi
Berita Lainnya