SOLOPOS.COM - Dari kiri ke kanan: Fathul Wahid, Prof. Anetta Caplanova dan Nurul Indarti saat memberikan keterangan pers di UII, Selasa (21/11/2017). (Harian Jogja/Sunartono)

Dana proyek Erasmus+ Capacity Building in Higher Education total sekitar Rp12 miliar

Harianjogja,com, SLEMAN-Dua kampus tertua di Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII) bersatu untuk meningkatkan kualitas riset melalui konsorsium yang diikuti untuk 11 universitas dari tujuh negara.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Proyek yang didanai Uni Eropa ini akan mendorong para akademisi untuk meningkatkan kemampuan riset. Workshop melibatkan anggota universitas konsorsium digelar pada 20 hingga 24 November 2017 di UGM dan UII. Koordinator Proyek Profesor Anetta Caplanova menjelaskan, program itu masuk dalam skema pendanaan Erasmus+ Capacity Building in Higher Education yang ditawarkan Uni Eropa.

Adapun dana proyek itu total sekitar 800.000 Euro atau sekitar Rp12 miliar yang digunakan untuk seluruh perguruan tinggi yang tergabung dalam konsorsium. “Selain riset, kami ingin menularkan tingginya semangat akademisi di Asia ini ke Eropa,” terang akademisi asal University of Economics Slovakia ini di UII, Selasa (21/11/2017).

Koordinator Lokal UII Fathul Wahid menambahkan, universitas anggota konsorsium diberikan hak untuk memperbaiki fasilitas pembelajaran terutama di bidang riset. Fasilitas itu seperti untuk perbaikan komputer, sarana video conference yang keseluruhan untuk meningkatkan kapasitas riset. Pengadaan infrastruktur diharapkan dapat menjami keberlangsungan transfer ketrampilan dalam riset.

“Sekaligus menjangkau secara luas penerima manfaat, baik dosen maupun mahasiswa. Kami berharap program ini dapat mempercepat universitas di Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dari universitas dunia yang sudah maju,” ujar dia.

Ia menambahkan, beberapa kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan riset antara lain, memberikan materi atau bimbingan kepada mahasiswa doktoral, magister hingga sarjana cara membuat proporsal riset hingga memberikan pelaporan. “Kalau soal sarana hanya sekedar pancingan. Harapannya bisa mengembangkan skill publikasi, pengadaan alat hanya membantu proses pembelajaran. Juga diberikan pengembangan modul pembelajaran,” tegas dia.

Koordinator Lokasl UGM Nurul Indarti mengatakan, hasil akhir dari proyek tersebut adalah mampu membuat material pelatihan tentang evaluasi kinerja dan strategi peningkatan riset. Pembuatan modul diawali dengan beberapa workshop yang memetakan kondisi setiap universitas sehingga modul yang diterbitkan tetap relevan. Workshop yang pernah dilakukan anyar lain di Bratislava, Slovakia; Kuala Lumpur, Malaysia; dan pekan ini di Jogja.

“Workshop di Jogja ini diisi dengan joint management meeting yang mengevaluasi pelaksanaan setahun terakhir dan perencanaan aktivitas tahun kedua. Selain diikuti anggota konsorsium, workshop juga diikuti oleh lebih dari 15 universitas dan lembaga riset Malaysia dan Indonesia di luar konsorsium,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya