SOLOPOS.COM - Ilustrasi wisuda (www.schweppesaustralia.com.au).

Solopos.com, JAKARTA — Meski secara keseluruhan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun dari 6,17% menjadi 5,94% selama Agustus 2013-Agustus 2014, penduduk dengan pendidikan tinggi justru banyak yang menganggur.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis, Rabu (5/11/2014), TPT Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Agustus 2014 tercatat naik menjadi 11,24% dari sebelumnya 11,21%. TPT Diploma I/II/III naik menjadi 6,14% dari 5,95%, dan TPT Universitas naik dari 5,39% menjadi 5,65%.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berbeda dengan pendidikan tinggi, TPT menurut pendidikan rendah tercatat menurun. Misalnya, TPT SD ke bawah turun menjadi 3,04% dari 3,44%. TPT Sekolah Menengah Pertama (SMP) turun dari 7,59% menjadi 7,15%. Adapun, TPT SMA turun dari 9,72% menjadi 9,55%.

Kepala BPS Suryamin mengaku TPT menurut pendidikan tinggi mencatatkan sedikit kenaikan, atau berbanding terbalik dengan TPT pendidikan rendah. Menurutnya, informasi ini penting untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah dalam menurunkan pengangguran ke depannya.

“SMK misalnya, yang seharusnya setelah selesai sekolah itu langsung bekerja ternyata tidak. Barangkali, ada persoalan dari link and match, bagaimana agar bisa bisa ditampung oleh perusahaan-perusahaan,” katanya.

Suryamin juga menambahkan penyerapan tenaga kerja saat ini masih didominasi pendidikan rendah, dengan jumlah 74,3 juta orang atau 64,8% dari total tenaga kerja. Sementara, pendidikan tinggi, yakni diploma dan universitas hanya 11,22 juta orang atau 9,79% dari total.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan tren peningkatan pengangguran di pendidikan tinggi—seperti SMK—mencerminkan ada yang salah dari kebijakan pemerintah selama ini.

“Pengangguran dari SMK ini anomali. Dengan tag line siap kerja, ternyata malah menciptakan pengangguran. Bahkan, TPT menurut SMK ini tertinggi dibandingkan dengan pendidikan lainnya. Ini tidak boleh dibiarkan,” katanya.

Akibat tren tersebut, lanjut Enny, kualitas penduduk yang bekerja juga akan kian sulit membaik. Seperti diketahui, penduduk yang bekerja di sektor informal masih sangat tinggi. Dari data BPS, jumlah pekerja informal mencapai 68,1 juta orang atau 59,38% dari total tenaga kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya