SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Reuters)

Solopos.com, SIDNEY — John Short, seorang misionaris Australia, ditangkap di Korea Utara gara-gara meninggalkan sebuah pamflet yang mempromosikan agama Kristen di sebuah kuil Buddha. Hal itu diceritakan teman seperjalanannya dari China pada Kamis (20/2/2014).

Menurut cerita Karen, istri John, misionaris berusia 75 tahun itu ditangkap polisi Korea Utara pada Senin (17/2/2014) di hotel tempat ia tinggal di Pyongyang, atau  dua hari setelah tiba dari Beijing bersama kelompok kecilnya ke Asia. Karen mengatakan nasib suaminya sekarang berada di tangan Tuhan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

John ditahan karena diduga mendistribusikan pamflet ajaran agama Kristen berbahasa Korea di sebuah kuil Buddha dan mencoba memengaruhi kepercayaan penduduk sekitar. Hal itu dinilai ilegal karena Korea Utara memandang misionaris asing sebagai orang durhaka yang berniat mengobarkan kerusuhan.

ABC Australia melaporkan John sedang dalam perjalanan bersama seorang warga China beragama Kristen, Wang Chong, yang sekarang telah kembali ke Beijing. Wang mengatakan John Short meninggalkan sebuah pamflet yang mempromosikan agama Kristen di sebuah kuil Buddha di Korea Utara.

“Mereka [pemandu lokal] membawa kami ke gunung untuk mengunjungi kuil dan kami melihat sebuah patung Buddha yang rusak atau dihancurkan oleh seseorang. Pintu kuil itu rusak juga,” katanya. “Mereka tidak senang karena kami melihat kerusakan itu. Kami mengambil beberapa foto, tetapi mereka meminta kami untuk menghapus foto-foto itu, dan kami menghapusnya,” ungkap Wang.

Kejadian tersebut dilaporkan oleh para pemandu wisata lokal Korea Utara kepada pejabat keamanan setempat. Para petugas keamanan pun menemukan lebih banyak pamflet di koper John Sort di hotel.

ABC melaporkan perusahaan tur China yang memesan perjalanan John, BTG, telah berhubungan dengan rekan-rekannya di Korea Utara. Selain itu, karyawan BTG Han Weiping mengatakan John telah mengakui bahwa ia ada di sana untuk lebih dari sekedar jalan-jalan. “Ketika kami menghubungi agen perjalanan [Korea Utara] DPRK, mereka mengatakan ia [John] telah mengakui ia pergi ke Korea Utara tidak hanya untuk pariwisata,” kata Han.

Ia menambahkan bahwa perjalanan itu seharusnya untuk empat hari. “Penyebaran pamflet itu terjadi pada hari kedua perjalanan kami. Dan pada hari ketiga, mereka dijadwalkan untuk mengunjungi beberapa situs, tetapi orang Australia itu [John Sort] mengatakan dia tidak ingin pergi keluar dan malah ingin tinggal di hotel,” ungkapnya.

Hal itu, menurut Han, justru telah meningkatkan kecurigaan para pemandu lokal Korea Utara. Sementara itu, pemerintah Australia sedang berupaya menangani kasus John Sort melalui Kedutaan Besar Swedia di Pyongyang. Maklum, antara Australia dan Korea Utara tidak ada hubungan diplomatik.

Pemerintah Korut telah berusaha untuk membuka kembali kedutaan besarnya di Canberra tahun lalu, namun hal itu ditolak pihak Australia pada Maret 2013 setelah Korut melakukan uji coba nuklir. Terkait kasus penahanan John Sort di Korut, Perdana Menteri Australia Tony Abbott pada Kamis memperingatkan para wisatawan Australia untuk selalu mematuhi hukum di negara yang mereka kunjungi. “Tidak semua negara memiliki sistem hukum atau hukum yang sama seperti di Australia,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya