SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanaman bawang merah (JIBI/Dok)

Sukoharjo (Solopos.com)–Petani di sejumlah desa di Kecamatan Bulu meninggalkan tanaman padi dan beralih ke hortikultura karena dinilai lebih aman dan menguntungkan. Beberapa tanaman yang banyak dibudidayakan petani setempat di antaranya bawang merah dan sayur-mayur.

Salah seorang petani di Dukuh Bangseng Desa Gentan, Bulu, Suyanto, 29, mengaku memilih menanam bawang merah karena usia panen yang relatif lebih pendek. Berbeda dengan tanaman padi yang harus menunggu selama tiga bulan lebih, bawang merah bisa dipanen ketika baru berusia sekitar dua bulan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Saya sudah yang ketiga ini menanam bawang. Lebih menguntungkan jika dibanding membudidayakan padi. Tapi modalnya memang jauh lebih besar, mencapai 10 kali lipatnya dari biaya operasional tanaman padi,” ungkapnya ditemui Espos di areal tanaman bawangnya di Dukuh Bangseng, Selasa (15/3/2011).

Ekspedisi Mudik 2024

Suyanto memaparkan, untuk lahan seluas satu petak atau sekitar 2.000 meter persegi (m2), budi daya bawang merah membutuhkan modal hingga Rp 20 juta atau mencapai Rp 100 juta per hektare. Jumlah itu relatif kecil dibanding  biaya penanaman padi yang hanya sekitar Rp 2 juta dengan luasan yang sama.

Namun selain lebih aman, budi daya bawang merah memberikan hasil lebih maksimal. Menurutnya, dari empat kuintal benih untuk satu petak lahan, dirinya bisa memanen 2,8 ton bawang merah. “Dengan modal senilai Rp 20 juta, jika harga jual Rp 15.000/kilogram (Kg) saja, pendapatan kotor bisa di atas Rp 40 juta. Padahal kalau harganya baik bisa menyentuh Rp 18.000/Kg,” ujarnya menjelaskan.

Petani lain, Mustofa, 35, menyatakan hal serupa. Menurutnya, dalam situasi saat ini, menanam bawang merah lebih memberikan harapan dibandingkan jika bertahan dengan tanaman padi.

Pantauan Espos, selain di Desa Gentan, petani di desa-desa lain di sekitarnya juga mulai beralih ke tanaman non-padi. Di Desa Karangasem misalnya, banyak petani memilih membudidayakan tanaman cabai, kacang panjang, melon, atau palawija. Hal itu turut dipicu serangan hama wereng dan organisme pengganggu tanaman lain yang sangat merugikan petani dan sampai saat inisulit dikendalikan.

(try)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya