Solopos.com, SOLO — Setelah dua tahun mandek akibat Covid-19, Keraton Solo kembali menggelar Kirab Pusaka pada 1 Sura yang bertepatan dengan Jumat (29/7/2022) malam. Salah satu hal yang berbeda dalam kirab kali ini adalah jumlah kerbau albino alias kebo bule yang mengiring sembilan pusaka Keraton yang dikirab.
Tahun ini hanya ada empat kebo bule keturunan kerbau Kiai Slamet yang ikut kirab. Terakhir pada 2019 jumlahnya ada sembilan ekor kebo bule.
Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal
Pantauan Solopos.com padaJumat malam, peserta kirab keluar dari Kori Kamandungan tepat pukul 00.00 WIB. Empat ekor mahesa atau kebo bule keturunan Kiai Slamet berada di barisan terdepan. Kebo bule itu berperan sebagai cucuk lampah kirab pusaka.
Kemudian, barisan abdi dalem membawa sembilan pusaka yang terdiri dari keris dan tombak yang dibungkus kain. Barisan abdi dalem pembawa pusaka keraton diiringi abdi dalem pembawa obor.
Baca Juga: Ikuti Kirab Pusaka Mangkunegaran, Ganjar Dipanggil Tugiman oleh Warga
Tradisi Kirab Pusaka itu juga dihadiri unsur forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) Solo dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo beserta istri Siti Atikoh.
“Sebenarnya, tidak ada ketentuan jumlah mahesa yang berperan sebagai cucuk lampah. Setelah, berkoordinasi dengan tim dokter kesehatan hewan, ternyata empat ekor yang kondisinya memungkinan untuk ikut kirab, ” kata Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Solo, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo, Sabtu (30/7/2022) dini hari.
Sementara jumlah pusaka yang dikirab sebanyak sembilan pusaka milik keraton. Pusaka-pusaka itu memiliki makna filosofi kehidupan masyarakat sehari-hari. Mulai dari keselamatan, kemakmuran, ketenteraman dan sebagainya.
Baca Juga: Mubeng Beteng, Tradisi Mengelilingi Keraton Jogja pada Malam 1 Sura
Sedangkan jumlah abdi dalem keraton yang terlibat mengikuti kirab berjumlah ribuan orang. Mereka berjalan kaki tanpa alas dengan jarak sekitar tujuh kilometer. “Begitu pula dengan pusaka, tidak ada ketentuan jumlah pusaka yang dikirab. Nama nama pusaka itu simbolis manusia hidup memerlukan kesehatan, keselamatan,” kata dia.