SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Kondisi kesehatan warga Tambakrejo mulai melemah pascatinggal di tenda pengungsian. Mereka tinggal di tenda pengungsian setelah rumahnya digusur Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja (PP) Kota Semarang, Kamis (9/5/2019).

Pantauan Semarangpos.com, Sabtu (11/5/2019), sebagian warga Tambakrejo yang terkena gusur masih nekat menempati lokasi yang terdampak proyek normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mereka menempati tenda-tenda yang didirikan secara swadaya bersama kelompok masyakat yang mengatasnamakan sebagai Aliansi Peduli Tambakrejo serta aktivis mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Semarang.

Ketua RT 005B/RW 016, Kampung Tambakrejo, Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara, Rahmad, mengatakan ada sekitar 97 KK atau 350 jiwa penduduk yang terdampak penggusuran. Dari jumlah itu, sekitar 50%-nya masih bermukim di lokasi penggusuran karena tidak memiliki tempat tinggal lagi.

“Kami akan bertahan sebisa mungkin. Kami menghormati usaha pemerintah yang ingin mensejahterakan kami. Tapi, mereka tidak adil dengan menempatkan kami di rusunawa yang jauh dari laut,” ujar Rahmad saat dijumpai Semarangpos.com di tenda pengungsian.

Rahmad mengungkapkan sebenarnya warga dengan Pemkot Semarang dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana selaku pemegang proyek, telah sepakat untuk direlokasi dari lokasi tersebut. Warga dijanjikan dibangunkan rusunawa yang tak jauh dari laut di kawasan Kali Bentar.

“Tapi, lokasinya belum siap kami sudah diusir dari sini. Ya, kami jelas tidak mau. Kami memilih bertahan di sini,” imbuhnya.

Salah seorang warga Tambakrejo, tengah menjalani pemeriksaan kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang di tenda pengungsian, Sabtu (11/5/2019). (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Rahmad menambahkan dari ratusan warga yang masih bertahan di tenda, sekitar 80 orang tergolong masih anak-anak. Para anak-anak itu pun harus membolos dari sekolah karena sudah tidak memiliki tempat tinggal.

Terpisah, dokter dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, dr. Nurul Afifiah, yang mengecek kesehatan pengungsi, mengatakan kondisi kesehatan warga mulai menurun semenjak tinggal di tenda pengungsian. Sebagian besar bahkan mulai mengeluh pusing dan mual.

“Tadi kita sudah lakukan pemeriksaan kepada orang-orang dewasa. Sebagian besar mengeluh pusing. Mungkin itu disebabkan cuaca yang cukup panas dan perpindahan yang signifikan dari rumah ke tenda. Jadi mereka kekurangan nutrisi, dan juga faktor cuaca dan lingkungan,” ujar Nurul.

Sementara untuk kondisi pengungsi anak-anak, Nurul mengaku belum bisa melakukan pemeriksaan. “Tadi saat kita datang, anak-anak masih menjalani permainan dengan adik-adik mahasiswa. Itu sangat membantu untuk menghilangkan trauma akibat penggusuran,” imbuh Nurul.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya