SOLOPOS.COM - Salah satu tarian yang disajikan dalam tingalan wiyosan di Mangkunegaran, Sabtu (26/10/2013) malam. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Salah satu tarian yang disajikan dalam tingalan wiyosan di Mangkunegaran, Sabtu (26/10/2013) malam. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Salah satu tarian yang disajikan dalam tingalan wiyosan di Mangkunegaran, Sabtu (26/10/2013) malam. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Ikatan Alumni ASKI, STSI dan ISI (Ikasi) Surakarta menggelar Tingalan Wiyosan Sabtu Ponan di Pendapa Prangwedanan Pura Mangkunegaran, Solo, Sabtu (26/10/2013) malam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebanyak 25 penari dari Ikasi dan beberapa penari dari Akademi Seni Mangkunegaran (Asga) Solo menampilkan sembilan tarian tradisional.

Beragam budaya yang melatarbelakangi atau mengilhami tari terlihat jelas dalam pementasan malam kemarin. Pentas diawali dengan Tari Kusumo Ratri. Empat pria bertelanjang dada berjalan sambil menebarkan kembang di sekeliling pendapa. Mereka kemudian menari sambil diiringi selawatan. Sepuluh orang perempuan berkebaya kemudian menari secara serentak di pendapa.

Ekspedisi Mudik 2024

Tarian itu bercerita tentang kesederhanaan, kepolosan, kejujuran, ketulusan, dan keikhlasan dari masyarakat bawah atau wong cilik.

Tarian kedua yakni Tari Lenggang Nyai. Tiga orang penari perempuan mengenakan pakaian khas Betawi, yaitu kebaya encim. Ketiganya secara ciamik menari secara rancak diiringi musik tradisional Betawi.

Tari Lenggang Nyai menggambarkan kegalauan seorang putri cantik asal Betawi bernama Nyai Dasimah yang harus memilih seorang Belanda, Edward William, atau pria pribumi untuk menjadi pasangan hidupnya. Nyai Dasimah lalu menjatuhkan pilihan kepada Edward.
Namun setelah menikah, ia justru dikekang sehingga hal itu membuatnya berontak. Pemberontakan perasaan dari Nyai Dasimah itulah yang diterjemahkan dalam sebuah tarian.

Penampilan ketiga yakni Tari Srimpi Muncar ciptaan Sri Paduka Mangkunagoro VII. Tarian ini dimainkan oleh empat penari perempuan. Dua orang berpakaian Jawa, dua penari lainnya mengenakan kostum China. Tarian ini mengisahkan tentang peperangan lahir batin seorang putri China bernama Adaninggar dengan Kelaswara. Keduanya adalah sama-sama prajurit putri pilihan yang juga istri dari Wong Agung Menak atau Amir Hamzah.
Ketegangan hubungan keduanya terjadi karena sama-sama mencintai orang yang mereka segani. Hubungan itu digambarkan dengan tarian perang menggunakan pistol dan panah.

Tarian selanjutnya yang ditampilkan yakni Tari Bramastya, di mana tarian ini dibawakan oleh seorang penari pria. Tarian ini berkisah tentang kondisi perang teluk pada tahun 1990-an. Tarian berikutnya yakni Tari Golek Sulung Dayung yang dimainkan oleh dua orang penari perempuan. Tari Jawa klasik gaya Solo ini bercerita tentang para gadis yang sedang mempercantik diri.

Pementasan selanjutnya adalah Tari Bandabaya ciptaan Sri Paduka Mangkunegara IV. Dua orang prajurit keraton berpenampilan wireng sedang berlatih perang menggunakan pedang anggar dan tameng. Setiap gerakan dan jurus yang diperagakan oleh dua orang penari laki-laki sangat serasi dengan alunan musik gamelan yang dimainkan. Tari Bandabaya ini pertama kali ditampilkan saat acara pernikahan kerabat Pura Mangkunegara.

Tiga orang penari yang menarikan Tari Sekarpuri menjadi penampil selanjutnya. Tiga orang penari dengan sanggul berhias bulu itu menggambarkan keseharian para putri keraton. Biasanya tarian ini ditampilkan saat jamuan tamu keraton. Saking besarnya daya tarik tari Sekarpuri, orang Betawi juga sering menampilkan tarian ini saat acara perkawinan. Bahkan tari Sekarpuri juga bisa dimainkan oleh seorang pria yang berkostum seperti penari wanita.

Tari Lesmana Wuyung ditampilkan sebagai tarian pemungkas. Tarian ini mengisahkan tentang kegalauan Gatotkaca karena cintanya ditolak oleh Pergiwa. Pergiwa menolak cinta Gatotkaca karena Pergiwa telah dilamar oleh Lesmana Mandrakumara.

Pembantu Direktur III Bidang Kemahasiswaan Akademi Seni Mangkunegaran (Asga), Winarto, saat ditemui Espos di lokasi pementasan, mengatakan Tingalan Wiyosan Sabtu Ponan digelar untuk memperingati hari kelahiran K.G.P.A Mangkunagoro.

Selain mahasiswa Asga, para anggota Ikasi yang tinggal di Jakarta juga tampil. Gelaran seni itu dihadiri oleh ratusan penikmat seni dari Solo dan mancanegara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya