SOLOPOS.COM - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJA—Sri Sultan Hamengku Buwono X memperingati tingalan jumenengan atau hari ulang tahun naik tahta yang ke-25 tahun pada hari ini, 29 Mei atau 29 Rejeb Tahun Alip 1947. HB X naik tahta pada 7 Maret 1989 atau bertepatan dengan 29 Rejeb 1921.

Acara dimulai dengan prosesi ngebluk atau membuat adonan apem pada Selasa (27/5/2014), baru pada hari berikutnya proses memasak apem dilakukan.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Menurut Penghageng Tepas Dwarapura Kanjeng Raden Tumenggung Jatiningrat, prosesi tingalan dirayakan internal keluarga Kraton. Apeman dilakukan di Bangsal Kedaton Sekar Kedhaton. Tahun lalu, prosesi tersebut dipimpin langsung permaisuri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, turut hadir pula putri- putri HB X seperti GKR Pembayun.

“Apem berasal dari bahasa Arab Affum yang berarti mohon ampun,”  kata dia kepada Harian Jogja, Selasa (27/5/2014).

Pada Ruwah, apem diwujudkan sebagai simbol mohon ampunan kepada Tuhan sebelum masuk bulan Ramadan. Begitu pula pada tingalan dalem, apem disimbolkan sebagai permohonan ampunan untuk Sultan selama memimpin sekaligus permohonan keselamatan bagi Sultan.

Apem Sultan dibuat berukuran besar atau disebut apem mustaka yang ukurannya lebih dari lima kali besar apem biasa. Apem- apem mustoko itu ditumpuk sehingga bisa setara dengan tinggi badan Sultan. “Jadi jumlahnya mengikuti tinggi Sultan. Beliau itu tinggi lo, bayangkan saja berapa jumlahnya,” ujar dia.

Usai proses apeman, digelar doa emperan bangsal Kencana pada 29 Mei. Doa dilakukan dari pagi sekitar jam 09.00 WIB. Saat itu Kraton akan ditutup untuk umum. “Ya kira- kira memakan waktu dua jam untuk doa,” katanya.

Menurut dia, tak ada yang spesial dalam ritual tingalan jumenengan ini. Seperti yang sudah- sudah, prosesi itu berlanjut dengan labuhan pada 30 Mei di Gunung Merapi, Parangkusumo dan Gunung Lawu. Saat itu, masyarakat dapat menyaksikan prosesi di Kraton atau tempat labuhan.

Karena selalu bertepatan dengan peringatan Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW, sebelum prosesi tingalan itu Kraton menggelar prosesi Yasa Peksi Buraq. Ritual itu disimbolkan dengan dua ekor burung sebagai buraq jantan dan betina yang bertengger di taman surga.

Buraq adalah kendaraan Nabi Muhammad SAW saat melakukan perjalanan gaib dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina lalu ke Langit Ketujuh untuk menerima perintah salat lima waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya