SOLOPOS.COM - Turis asing berada di pos Barameru dan berencana naik Gunung Merapi, Rabu (20/5/2015). Jalur pendakian ke Merapi masih ditutup meskipun operasi evakuasi Eri Yunanto, 21, dari kawah Merapi sudah selesai Selasa (19/5/2015). (JIBI/Solopos/Hijriyah Al Wakhidah)

Tim SAR Barameru memegang peran penting dalam proses evakuasi jenazah Eri Yunanto, mahasiswa Jogja yang jatuh ke kawah Merapi belum lama ini.

Solopos.com, BOYOLALI-Di balik perjuangan Bakat Setiawan alias Lahar, 29, mengevakuasi jenazah Eri Yunanto, 21, dari kedalaman 200 meter kawah Gunung Merapi, melekat nama kelompok sukarelawan Search and Rescue (SAR) Barameru Merapi. Barameru menjadi komando lapangan dalam operasi evakuasi yang berlangsung Sabtu-Selasa (16-19/5/2015).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Posko SAR Barameru berada di Dukuh Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali. Barameru dirintis sebelum Boyolali memiliki SAR daerah, tepatnya 17 tahun lalu. Kelompok sukarelawan ini dirintis warga pribumi Dukuh Plalangan yang saat itu sering menjadi jujugan para pendaki saat butuh pertolongan, baik tersesat, jatuh, maupun sakit di gunung.

Ekspedisi Mudik 2024

”Dulu, kalau ada pendaki jatuh atau tersesat, pasti akan mencari warga yang sering merumput di lereng gunung. Sejak itulah pemuda di Plalangan ini berinisiatif untuk membentuk kelompok sukarelawan yang lebih terorganisasi,” kata perintis Barameru Merapi, Samsuri, berbincang dengan solopos.com, di Pos Barameru Merapi, Rabu (20/5/2015).

Awal dirintis, Barameru hanya beranggotakan 20 orang. Saat itu andalan mereka hanyalah kemampuan fisik menaklukan puncak Gunung Merapi dan penguasaan medan. Teori mengenai rescue dan survival masih sangat minim. Namun, setelah bekerja sama dengan salah satu kelompok mahasiswa pecinta alam, kemampuan rescue dan survival anggota Barameru kian mumpuni.

Selama 17 tahun, Samsuri bertahan agar Barameru ini tetap eksis. Keterbatasan dana membuat kegiatan operasional Barameru sangat terbatas. Tak jarang anggota harus patungan untuk bisa mengadakan kegiatan atau operasi evakuasi.

Setelah Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) yang didirikan di Desa Lencoh, Barameru mulai mendapat dukungan khususnya bantuan peralatan rescue dari BTNGM. Sedikit demi sedikit Barameru juga bisa mengumpulkan dana untuk operasional. Namun, dana operasional yang ada belum mampu untuk membeli perlengkapan rescue bahkan seragam sukarelawan.

”Sampai saat ini kelengkapan rescue kami masih sangat terbatas. Webbing hanya punya beberapa, carabiner, figure of eight, juga hanya beberapa buah. Tali carnmantel hanya punya satu. Namun dengan keterbatasan alat ini, kami selalu siap melakukan evakuasi dalam bentuk apa pun di gunung,” kata Samsuri.

Sebagai sukarelawan, tim Barameru pantang menerima imbalan dalam bentuk uang. ”Kami pernah menolong pendaki dan dia mau memberikan bayaran, jelas kami tolak. Sukarelawan kok minta imbalan. Kalau ada yang datang ke posko tanya berapa imbalannya, bisa saja saya tampar.”

Saat ini, Barameru punya 45 anggota. Mereka tidak hanya datang dari Lencoh, tetapi juga Semarang, Jepara, Jogja, dan Solo. Latar belakang sukarelawan juga bermacam-macam, ada yang petani, PNS, anggota BPBD, anggota SAR daerah, dan mahasiswa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya