SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Langit mulai mendung, Senin (22/11) siang saat kendaraan operasional Dompet Kemanusiaan PMI Solo yang Espos tumpangi melaju pulang melalui jalan yang dijejali pepohonan tumbang di Dusun Babadan I Desa Paten, Dukun, Magelang. Di pinggir sawah ujung dusun, kami dicegat Turimin, 40, dan isterinya, Ny Parlan, 38, sepasang dari 252 kepala keluarga (KK) di Babadan I yang menjadi korban letusan Gunung Merapi sebulan terakhir.

“Maaf Pak kami mau menumpang sampai bawah. Kami mau kembali ke Pos Pengungsian Sawangan (Kecamatan Dukun-red),” ujar Turimin kepada Wakil Satgana PMI Solo, Titis Wahyuono yang kebetulan duduk di kursi bagian depan mobil. Bersama Ny Parlan Turimin baru saja menengok kondisi rumah dan seekor lembu titipan seorang juragan di kampungnya. Hanya mengenakan sandal jepit lusuh mereka berjalan kaki sejauh 14 kilometer dari pos pengungsian ke Babadan I. Bagi Turimin lelah fisik harus dijalani demi memastikan ternak yang merupakan satu-satunya harapan penghasilan saat ini baik-baik saja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hanya kepada lembu itu saat ini harapan penghasilan mereka gantungkan setelah beberapa petak tanaman cabai dan kubis miliknya porak-poranda diterjang abu vulkanik. Kondisi serupa juga dialami warga Babadan I lainnya yang bermata pencaharian sebagai petani dan ternak. Tidak ada satu petak tanaman pun di dusun yang hanya berjarak sekitar 4,5 kilometer dari puncak Merapi itu yang luput dari terjangan material gunung. Alhasil puluhan hektare tanaman cabai dan kubis serta sayuran lain mati. Hanya beberapa tanaman keras yang terlihat mampu bertahan kendati dengan kondisi begitu memprihatinkan.

“Ya seperti ini Pak keadaannya semua tanaman mati. Seperti sudah tidak ada harapan lagi,” keluh Turimin diamini sang istri. Kepada <I>Espos<I> mereka menuturkan hampir sebulan terakhir Dusun Babadan I terisolir. Baru sekitar empat hari terakhir dusun Babadan I bisa diakses kendaraan roda empat. Parahnya sejak Merapi meletus baru hari Minggu itu warga mendapat suplai bantuan dari para dermawan. Selama ini rombongan para dermawan hanya mencapai Desa Bandung, Dukun yang berada di bawah Babadan I. Korban letusan Merapi di Desa Bandung menyebarkan informasi kepada para dermawan bahwa Babadan belum bisa ditembus.

Penuturan senada disampaikan Eko Tejo, 37, warga RT 1/RW VI Babadan I, Paten, Dukun yang berharap adanya bantuan Sembako. Dari tiga Pos Bencana di Babadan I baru satu pos yang memiliki persediaan beras, itu pun dengan jumlah terbatas, 50 kilogram. Selain Sembako warga berharap mendapat bantuan modal untuk memulai kembali penggarapan tegal. “Bagi para dermawan silakan salurkan bantuan langsung ke Babadan I, jalur utama dan beberapa jalan penghubung antar desa sudah dibuka. Bantuan yang paling dibutuhkan saat ini Sembako dan kalau ada modal untuk menggarap tegal,” ungkapnya. Menurut Eko jalur-jalur yang sebelumnya tertutup telah dibuka oleh TNI dan relawan termasuk tim PMI Solo.

Ketua Tim/Satuan Gerak Cepat 13 PMI Solo, Titis Wahyuono menerangkan pihaknya telah sepekan terakhir membantu pembukaan jalur-jalur vital di Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung, Magelang. Mulai Minggu pagi tim PMI bersama warga giliran membuka akses menuju Babadan I dan Desa Krinjing. Dia berharap pembukaan akses dapat mempercepat proses rekonstruksi desa-desa di daerah bencana. “Kendati tidak bisa mengganti secuilpun kebahagiaan yang terenggut, tapi ini usaha maksimal yang bisa kami lakukan. Harapan harus selalu ada tak boleh hilang seberat apa pun musibah yang kita alami. Lihatlah, tanah-tanah itu masih subur menunggu tangan-tangan lembut warga untuk menekuninya lagi,” katanya penuh makna.

kur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya