SOLOPOS.COM - ilustrasi (Agoes Rudianto/JIBI/dok)

ilustrasi (Agoes Rudianto/JIBI/dok)

SOLO–Tim gabungan sejumlah instansi pemerintah menggelar razia pengemis, gelandangan dan orang terlantar (PGOT) di sejumlah titik di wilayah Kota Solo, Kamis (7/2/2013) dinihari. Sebanyak 70 orang PGOT terjaring dalam razia yang dipimpin langsung Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Solo, Sutardjo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Tim gabungan itu terdiri atas anggota perlindungan masyarakat (linmas) kelurahan sebanyak 153, linmas di Balaikota Solo 15 orang, linmas kecamatan 15 orang, personel polisi lima orang, perwakilan Dinas Sosial dua orang, perwakilan Griya PMI Solo empat orang, personel Satpol PP Solo 30 orang dan personel Satpol PP Provinsi Jateng sebanyak empat orang. Ratusan personel itu dibagi menjadi lima tim. Mereka menyisir sejumlah lokasi yang menjadi tempat para PGOT tidur mulai pukul 00.00 WIB.

“Sebelumnya, kami survei dulu dan memotret para PGOT itu. Dari pendataan awal sebelum razia, jumlah PGOT sekitar 50 orang. Namun, setelah kami terjun langsung dengan melibatkan personel linmas, ternyata kami berhasil merazia 70 orang PGOT. Razia kali ini memang memuaskan dan mudah-mudahan persoalan PGOT di Solo tuntas. Hasil razia ini sekaligus kami jadikan kado Hari Jadi Ke-268 Kota Solo,” ujar Sutardjo saat ditemui wartawan, Kamis siang, di ruang kerjanya.

Puluhan orang PGOT tersebut didata dan dibina oleh personel Satpol PP. Dari hasil pendataan Satpol PP, 75% PGOT itu berasal dari luar kota, yakni dari Madura, Surabaya, Jombang, Nganjuk, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo, Boyolali, Sragen, Salatiga, Magelang dan Lampung. Empat orang di antaranya gila dan dikirim ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Jebres, satu orang sakit langsung dibawa ke RSUD Dr Moewardi Solo dan satu orang minta dipelihara pemerintah karena tak memiliki sanak famili. Sebagian besar para PGOT ini ditemukan di sekitar Jl Slamet Riyadi, di sekitar Sriwedari dan di sebelah selatan Pasar Legi Solo.

“Selebihnya, kami kirim ke daerah asal masing-masing. Yang terjangkau dengan kendara dinas, ya mereka dikembalikan ke keluarganya dengan mobil dinas. Tapi, bagi mereka yang berasal dari luar kota, tetap diantar ke daerah asal dengan bus umum. Mereka tetap dibayari pemerintah. Kami menggandeng Kepala UPTD Terminal untuk pengiriman para PGOT ini. Kalau tidak dibayari, saya khawatir mereka akan diturunkan di jalan,” jelas Sutardjo.

Menurut dia, bagi PGOT yang sakit, setelah sembuh juga diantar pulang ke keluarganya. Demikian pula, yang mengalami gangguan jiwa, juga diantar ke keluarganya setelah dinyatakan sembuh oleh dokter RSJD Solo. Untuk menjaga Solo bebas PGOT, Sutardjo mengintruksikan kepada linmas agar tetap waspada. Dia mengimbau kepada masyarakat yang mengetahui ada gejala munculnya PGOT segera melaporkan kepada aparat yang berwenang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya