SOLOPOS.COM - Petugas dari Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian dan pemotretan bangunan bungker peninggalan Belanda di Balaikota Solo, yang mulai terlihat, Minggu (12/8/2012). Penggalian untuk penelitian akan dihentikan sementara. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)


Petugas dari Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian dan pemotretan bangunan bungker peninggalan Belanda di Balaikota Solo, yang mulai terlihat, Minggu (12/8/2012). Penggalian untuk penelitian akan dihentikan sementara. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SOLO--Bungker di reruntuhan bekas gedung PKK dan Dharma Wanita Kompleks Balaikota Solo diduga memiliki bentuk seperti gerbong kereta api dengan atap melengkung. Panjangnya 17 meter dari timur ke barat, lebar enam meter dan terdapat bentuk hexagonal atau segi delapan di tengahnya.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Ada kemungkinan bentuk hexagonal di atap bungker itu dulunya merupakan sebuah bangunan, mungkin gazebo, karena permukaan atap yang menjadi lantainya rata atau datar, tidak melengkung seperti sisi kiri dan kanannya. Pintu bungker juga belum bisa dipastikan keberadaan.

Tim menduga pintu itu ada di sisi hexagonal yang menghadap ke selatan atau utara. Sebab, penggalian lebih lanjut pada parit enam menunjukkan ujung atap lengkung yang mengarah ke timur ternyata dinding tertutup.

Demikian kesimpulan sementara yang diperoleh tim peneliti dari Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta setelah empat hari melakukan penggalian di lokasi itu. Proses penggalian telah diakhiri pada tengah hari Minggu (12/8/2012). Staf peneliti dari Balar, Muhammad Chawari mengatakan penggalian untuk penelitian itu sebenarnya masih jauh dari selesai.

Bungker itu masih harus digali ke arah barat sepanjang 5,5 meter dan ke utara sepanjang tiga meter untuk menguak bungker itu secara keseluruhan, termasuk mencari keberadaan pintu. Namun dari penggalian dengan sistem parit puzzle di seperempat bagian timur-selatan itu cukup memberi gambaran bentuk bungker.

“Dari bagian yang sudah tampak itu tinggal di-copy paste ke utara lalu di-copy paste lagi ke barat. Saya tidak tahu apakah simetris merupakan karakteristis bangunan Belanda tapi yang jelas biasanya bangunan Belanda selalu rapi. Lihat saja Benteng Vastenburg,” jelas Chawari.

Sedangkan mengenai bentuk hexagonal di tengah atap bungker itu, Chawari mengaku tak bisa memastikan. Dia menduga itu adalah semacam ruangan, mungkin gazebo, yang sengaja dibuat sebagai kamuflase untuk menyamarkan keberadaan bungker. Namun itu sebatas dugaan. Kegunaan aslinya bisa saja berbeda.

Apapun hasil penggalian itu, kata Chawari, Senin (13/8) ini, akan dilaporkan ke Dinas Tata Ruang Kota (DTRK). Sampai di situlah tugas Balar. Mengenai bagaimana tindak lanjutnya sepenuhnya menjadi kewenangan DTRK dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3).

Terpisah, Kabid Pelestarian Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya DTRK, Mufti Raharjo, mengatakan pihaknya akan melihat dulu hasil penggalian itu. Setelah itu baru akan dipikirkan langkah berikutnya

“Prosesnya memang seperti itu. Balar hanya berwenang meneliti sedangkan mengenai pemanfaatan dan pengelolaan merupakan kewenangan BP3,” ungkapnya.

Perwakilan BP3 kemarin tidak hadir di lokasi. Namun sebagaimana diungkapkan sebelumnya oleh Penanggungjawab Publikasi BP3 Jateng, Wahyu Kristanto, harus dilihat dulu nilai penting bangunan itu bagi pendidikan, kebudayaan dan sebagainya. Kalau memang dinilai penting maka bangunan itu akan diusulkan sebagai cagar budaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya