SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Hama tikus menyerang lahan yang ditanami padi seluas 387 hektare di enam desa wilayah Kecamatan Sambungmacan, Sragen. Populasi tikus diperkirakan mencapai ribuan ekor.

Sebagai upaya pemberantasan, puluhan petani di wilayah Desa Gringging, Sambungmacan, dibantu aparat Polri dan TNI serta petugas dari Kecamatan Sambungmacan dan Dinas Pertanian melakukan geropyokan tikus, Jumat (19/7/2019).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Aksi geropyokan tikus tersebut dilakukan lantaran para petani kesal dengan ulah hama tikus yang memakan tanaman padi berumur 10 hari. Dampaknya tanaman padi seluas 65 hektare di Desa Gringging menjadi pupus.

Para petani khawatir bila tikus tersebut tidak segera dibasmi bisa mengancam pertumbuhan tanaman padi. Koordinator Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Sumarno, saat ditemui wartawan di sela-sela geropyokan tikus, Jumat, menyampaikan serangan tikus terjadi di enam desa, yakni Banaran, Gringging, Banyurip, Toyogo, Sambungmacan, dan Karanganyar.

Serangan tersebut terjadi pascamusim tanam. Hal ini terjadi sejak tiga tahun lalu tetapi serangan paling parah terjadi pada 2019 ini.

“Pada 2018 lalu hanya terjadi di empat desa, yakni Banaran, Gringging, Banyurip, dan Toyogo tetapi tahun ini merambah ke Desa Sambungmacan dan Karanganyar. Populasinya bisa mencapai ribuan ekor. Upaya pemberantasan sering ganti dan belakangan menggunakan umpan racun tikus, yakni rodentisida merek Sidarat,” ujarnya sambil menunjukkan kemasan racun tikus itu.

Sumarno menyebut total lahan pertanian yang dilaporkan ke Dinas Pertanian terkena serangan tikus mencapai 387 hektare. Sumarno tidak hafal perincian luas sawah yang diserang tikus per desa. Dia hanya menyebut luasan di wilayah Gringging yang diserang tikus mencapai 65 hektare.

“Sebenarnya lebih efektif menggunakan predator alami tikus, seperti burung hantu dan ular sawah untuk membasmi tikus. Burung hantu itu bisa mengetahui adanya tikus dari jarak hampir 500 meter,” ujarnya.

Ketua Kelompok Tani Tani Aji Desa Gringging, Pardi, 70, menyampaikan 65 hektare sawah yang diserang tikus itu milik petani dari dua kelompok tani (poktan), yakni Poktan Tani Aji seluas 53 hektare dan sisanya milik Poktan Ngudi Tani.

Pardi mengaku belum bisa menghitung kerugiannya karena tanaman padinya meskipun pupus masih bisa tumbuh. Saat ini petani sudah mengeluarkan biaya untuk menggarap sawah rata-rata Rp9 juta per hektare.

Dia mengatakan umur padi rata-rata sudah 10 hari pascatanam. “Yang diserang itu ya tanaman padinya dimakan. Kalau habis tanam masih bisa bertunas lagi. Tapi kalau yang sudah besar tanamannya tidak tahu,” ujarnya.

Seorang petani asal Dukuh Trobayan RT 001/RW 001, Desa Gringging, Darsono, 60, mengaku tanaman padinya seluas satu patok habis dimakan tikus. Dia mengatakan tanaman padinya tinggal tunas-tunas kecil.

Para petani mengatasinya dengan membuat pagar dari plastik setinggi 40 cm untuk mengelilingi areal sawah. “Dengan pagar itu harapnya tikus tidak bisa masuk. Hal itu menambah pengeluaran petani,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya