SOLOPOS.COM - DISERANG TIKUS -- Seorang warga menunjukkan ladang jagung yang rusak diserbu kawanan tikus di wilayah Sumberlawang, Sragen. (JIBI/SOLOPOS/Chrisna Chanis Cara)

Sragen (Solopos.com) – Ratusan hektare (ha) lahan tanaman jagung yang berada di Desa Mojopuro dan Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, ludes diserang hama tikus. Akibat kejadian itu, petani harus menanggung kerugian hingga ratusan juta rupiah.

DISERANG TIKUS -- Seorang warga menunjukkan ladang jagung yang rusak diserbu kawanan tikus di wilayah Sumberlawang, Sragen. Foto diambil Kamis (7/7/2011). (JIBI/SOLOPOS/Chrisna Chanis Cara)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan informasi yang dihimpun Espos, sekitar 70% dari total 115 ha lahan pertanian jagung di Mojopuro gagal panen akibat hama tikus besar. Hama serupa juga menyerang sekitar 50% dari 200 ha lahan pertanian jagung di Desa Hadiluwih. Bayan Mojopuro, Sumardi, Kamis (7/7/2011), mengatakan serangan hama tersebut terjadi pada pertengahan bulan Juni hingga awal bulan ini. Diungkapkannya, petani bahkan sudah mencoba menanam bibit hingga tiga kali. Namun semuanya amblas dilahap tikus.
Ekspedisi Mudik 2024

“Bibit-bibit itu hanya bertahan sehari. Ditanam kemarin, paginya sudah habis dimakan tikus,” terangnya.
Ia sendiri sudah menghabiskan benih jagung jenis tongkol 2 seberat 13 kilogram (kg) sekali tanam. Namun tak ada satu pun yang bisa tumbuh. Dipaparkan Sumardi, harga satu kg benih jagung sekitar Rp 40.000. “Bisa dikalikan sendiri kerugian yang kami alami akibat hama ini,” tuturnya.

Kondisi serupa juga dialami petani di Hadiluwih. Diungkapkan Supyani, Bayan Hadiluwih, separuh lahan pertanian jagung di wilayahnya habis diserbu hama tikus. Ia menjelaskan, serangan hama tikus bahkan sudah terlihat pada akhir Mei. “Saat itu tanaman jagung yang sudah berusia sekitar 10 hari ludes dimakan tikus.”
Pada pertengahan bulan Juni, lanjutnya, serangan tikus semakin ganas. Benih yang baru ditebar sehari, imbuh dia, tak bersisa setelah disikat kawanan tikus. “Sebenarnya bulan-bulan Juni memang dikenal musimnya hama tikus. Tahun sebelumnya juga seperti itu. Tapi kalau kami tak mencoba menanam, mau dapat penghasilan dari mana,” ucapnya.

Lebih lanjut Sumardi mengungkapkan sebagian petani di Mojopuro saat ini masih nekat menebar bibit jagung. Ia sendiri berpikir untuk beralih menanam blewah setelah serangkaian kegagalan menanam jagung. “Memasuki bulan ketujuh biasanya hama tikus sudah berkurang. Namun tetap saja berisiko.” Pihaknya menyayangkan ketidakpedulian pemerintah setempat dengan kondisi yang menimpa petani. Hingga saat ini, jelasnya, belum ada satu pun otoritas pemerintahan yang terjun dan memberikan solusi kepada petani. “Setidaknya pemerintah memberi solusi untuk membasmi hama tikus. Selama ini petani sendiri yang gropyokan nangkepi tikus. Namun hal itu ternyata tidak efektif,” tukasnya sambil geleng-geleng kepala.

m99

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya