SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO: Ruar biasa, kalimat itu pantas disematkan bagi skuat Persiba Bantul. Betapa tidak, selain menjadi juara Liga Ti Phone 2010/2011, dua penghargaan lainnya disabet skuat berjuluk Laskar Sultan Agung itu.

Pemain tersubur diraih Fortune Udo berkat 34 golnya selama mengarungi kompetisi. Jumlah gol yang diciptakan bomber Persiba itu tidak bisa disaingi pemain lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Adapun il capitan Persiba, Wahyu Wijiastanto meraih pemain terbaik menyisihkan pemain lainnya. Hanya predikat klub fair play saja yang tidak diraih Persiba. Untuk klub paling fair play diraih Mitra Kukar.

Atas prestasinya Fortune Udo mendapatkan hadiah sebesar Rp25 juta. Sementara Persiba yang menjadi juara Liga TI Phone 2010/2011 mendapatkan hadiah sebesar Rp500 juta.

”Puji Tuhan. Saya bersyukur dengan hasil ini. Yang jelas saya senang bisa mengantarkan Persiba menjadi juara,” kata striker asal Nigeria itu.

Udo sendiri kemarin memenuhi janjinya dengan melakukan pergantian sepatu. Sebelumnya Udo mengaku bakal memakai dua pasang sepatu yang berbeda dan dikenakan secara bergantian. Adapun sepatu yang dikenakan berwarna putih dan hijau. ”Ha…ha…, ya itu hanya untuk fresh match kok,” pungkas Udo.

Selain Udo, gelar juara bagi Persiba terasa sangat spesial bagi Wahyu Wijiastanto. Pasalnya, berkat sundulannya di akhir babak pertama, Laskar Sultan Agung menjadi juara Liga Ti Phone 2010/2011.

Selain itu, Buto sapaan akrab kapten Persiba Bantul itu juga terpilih sebagai pemain terbaik Liga Ti Phone 2010/2011. Di samping penghargaan, kocek Buto bertambah Rp25 juta berkat prestasi itu.

The best player memang layak disandang oleh Buto. Berkat permainan taktisnya di barisan belakang, Persiba mampu meraih juara.

Meski kebobolan 20 gol selama babak reguler, namun 10 laga di antaranya, dilalui dengan clean sheet, alias tidak kebobolan. Ini membuktikan barisan belakang Persiba dibawah komando Buto memang tangguh.

Buto sendiri memang bukan pemain asli Bantul. Dia lahir di Kota Karanganyar, 31 Mei, 1987. Pemain bertinggi 190 cm tersebut memang gemar mengocek si Kulit Bundar semenjak SD. Didukung ayahnya, Buto disekolahkan ke Diklat Salatiga pada 2002.  Selama di Diklat Sekolah, Buto sempat bergabung di Persijap Junior pada 2004.

Radar Timnas U-23 pun ‘menangkap’ bakat pemilik kostum nomer 13 ini. Bersama Timnas jualah, dirinya bisa menjejakan kaki ke negeri Belanda.

Lepas dari Timnas, Wahyu Tanto bergabung ke Persis Solo hingga 2009. Setelah itu Persiba menjadi pelabuhan Buto hingga sekarang.”Saya tidak menyangka bisa terpilih. Bagi saya, yang terpenting adalah mengantarkan Persiba menjadi juara. Dan gelar ini saya persembahkan untuk anak saya,” kata Buto.

Gelar pemain terbaik dan mengantarkan Persiba menjadi Juara Liga di markas mantan klubnya, diakui Buto sebagai sesuatu yang istimewa. Pasalnya, Buto bersama dengan Wahyu Tri N, adalah mantan pemain Persis Solo. ”Yang jelas senang saja,” sambungnya.(Harian Jogja/Jumali)


HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya