SOLOPOS.COM - Albert Einstein. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO – Siapa yang tidak mengenal Albert Einstein? fisikawan jenius abad ke 20 yang menemukan teori relativitas dan persamaan massa dan energi. Banyak orang kagum dengan kejeniusan Albert Einstein dan bertanya-tanya, hal apa yang membuatnya begitu jenius. Di balik kejeniusan Einstein, ternyata ada kebiasaan unik yang diduga menjadi salah satu faktor kejeniusannya.

Melansir dari detik.com, Senin (21/9/2020), kebiasaan yang dimiliki orang jenius bukan semata kebiasaan. Sebuah penelitian baru menyebut 40% isi otak seseorang ditentukan oleh lingkungannya. Artinya, kebiasaan harian yang dimiliki seseorang berdampak kuat pada otaknya, baik dalam pembentukan strukturnya maupun pola pikir yang bersangkutan. Lalu, apa saja kebiasaan si jenius ini, berikut paparannya yang dihimpun dari dari detik.com dan sumber lain.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tidur 10 Jam Sehari

Einstein dilaporkan tidur sedikitnya 10 jam dalam sehari, dan lewat tidur pula, ia menemukan teori relativitas yang melejitkan namanya. Saat tidur, otak seseorang memasuki serangkaian siklus dalam kurun 90-120 menit pertama. Siklus ini dimulai dari tidur ringan, tidur dalam dan fase yang dikaitkan dengan mimpi, REM (Rapid Eye Movement). Namun 6% tidur seseorang tidak sampai pada fase REM ini (fase tidur non-REM).

Menurut Stuart Fogel, ahli saraf dari University of Ottawa, tidur non-REM ditandai dengan munculnya semburan aktivitas otak yang cepat yang disebut spindle events yang apabila dilihat dari EEG, diperlihatkan dalam bentuk gelombang berporos yang bergerak zigzag.

Uniknya, semakin banyak spindle events yang terjadi, menunjukkan orang itu memiliki intelijensia yang lebih cair (fluid intelligence), kemampuan menyelesaikan persoalan baru, menggunakan logika dalam menghadapi situasi baru dan mengidentifikasi pola-pola, ini adalah tipe kecerdasan yang dimiliki Einstein.

Sebuah studi terbaru membuktikan, tidur malam bagi wanita dan tidur siang bagi pria sama-sama dapat meningkatkan kemampuan untuk memecahkan persoalan. Secara kebetulan, peningkatan kecerdasan pada orang-orang ini dikaitkan dengan adanya spindle events dalam fase tidur mereka.

Banjir Jakarta Rendam 63 RT Dan 23 Jalan, 164 Warga Mengungsi

Suka Jalan Kaki

Ketika bekerja di Princeton University, New Jersey, Einstein terbiasa jalan kaki sejauh 2 KM atau lebih saat pulang dan pergi. Ia mengikuti kebiasaan orang jenius lainnya, seperti Charles Darwin yang menghabiskan waktu sebanyak 3 kali 45 menit setiap hari untuk jalan kaki.

Kebiasaan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kebugaran tubuh, tetapi juga meningkatkan daya ingat, kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Apalagi jika dilakukan di luar ruangan.
Hal ini juga mampu meredam aktivitas salah satu bagian otak, yaitu frontal lobes yang berperan penting dalam menentukan daya ingat dan kemampuan bahasa. Dengan begitu, otak dapat mengadopsi pola pikir yang sama sekali berbeda dengan biasanya, kemudian memicu kreativitas.

Makan spaghetti

Suatu ketika Einstein pernah mengatakan bahwa salah satu hal yang disukainya dari Italia adalah spaghetti. Lalu apa hubungannya dengan kejeniusannya? Otak dapat menghabiskan 20% energi dalam tubuh meski beratnya tak lebih dari 2%. Padahal otak Einstein hanya seberat 1,230 gram atau lebih kecil dari berat otak rata-rata yaitu 1.400 gram.

Namun pada dasarnya otak lebih memilih 'bahan bakar' berupa gula sederhana seperti glukosa, atau turunan dari karbohidrat. Sebab sel saraf di otak membutuhkan suplai terus-menerus yang bisa dipenuhi dengan cepat oleh gula. Sayangnya, otak tidak memiliki mekanisme untuk menyimpan energi sehingga ketika glukosa mereka habis, maka kemampuan otak juga akan menurun dengan cepat.

Leigh Gibson, pengajar psikologi dan fisiologi dari University of Roehampton mengatakan spaghetti bisa menjadi 'bahan bakar' otak yang baik tetapi tidak dapat dikonsumsi secara berlebihan. Karbohidrat yang bermanfaat bagi tubuh itu hanya sebanyak 25 gram, dan apabila lebih dari itu, kemampuan otak yang jadi korbannya.

Gempa M 4,3 Menggoyang Pacitan Pagi Ini

Tak Pakai Kaus Kaki

Ketika muda, Einstein menemukan fakta bahwa kaki yang besar akan membuat lubang di kaus kaki. Sehingga, ia bertekad untuk berhenti memakai kaus kaki dan bahkan ia lebih suka memakai sandal tali milik sang istri, Elsa.

Kebiasaan ini sekilas tidak ada hubungannya dengan kejeniusan Einstein. Namun sejumlah studi menyebut ini menunjukkan cara berpakaian Einstein yang kasual. Meskipun ada sebuah teori yang mengatakan cara berpakaian kasual dikaitkan dengan rendahnya performa otak dalam pola pikir abstrak. Namun, hal ini sesuai dengan tipe kecerdasannya yang lebih mengandalkan cara berpikir yang logis.

Tak hanya kebiasaan uniknya saja yang bisa memengaruhi cara berpikirnya namun juga kebiasaannya untuk tidak berhenti bertanya. Seperti, pesannya dalam sebuah wawancara dengan majalah Life di tahun 1955. "Yang terpenting adalah jangan berhenti bertanya, sebab pasti ada alasannya mengapa rasa penasaran itu ada."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya