SOLOPOS.COM - Koleksi Batu Mulia Djoned. (FOTO: Lutfiyah/JIBI/SOLOPOS)

Koleksi Batu Mulia Djoned. (FOTO: Istimewa)

Lama menetap di Amerika Serikat tidak membuat kecintaan Djoned Kusumo Widiyanto terhadap budaya leluhurnya tergores, apalagi luntur. Hal itu ia tunjukkan dengan memegang teguh ajaran dan budaya Jawa. Seperti kebanyakan orang Jawa lainnya, hingga kini Djoned kerap menjalani tirakat.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Laki-laki kelahiran Jakarta, 23 September 1962 ini juga menyukai keris dan tombak warisan leluhur. Dari sekian banyak koleksinya, beberapa terbuat dari emas. Begitu cintanya kepada keris dan tombak, ia mengaku tidur juga ditemani koleksi senjata miliknya.

Sebagai pelengkap simbol lelaki Jawa, ia juga mengoleksi kukila, yaitu puluhan burung perkutut. Koleksi keris, tombak maupun burung perkutut sebagian besar ia simpan di Solo bersama koleksi batu mulia.

“Saat ini saya sedang konsen di batu mulia termasuk yang terbuat dari akar bahar. Saya ingin membuat batu mulia dengan desain ukiran Jawa klasik. Selama ini yang fokus menggarap batu mulia seniman Bali, padahal batu mulia asal Bali sebagian besar meng-combine dengan desain ukiran Jawa,” terangnya kepada Espos, Jumat (13/7).

Ia merasa terpanggil untuk menghidupkan batu mulia di Solo khususnya dengan desain ukiran Jawa, apalagi setelah ia melihat realitas peminat batu mulia asal Bali sebagian besar adalah orang Solo.

“Saya akan mendatangkan orang yang expert [ahli] dalam membuat batu mulia ke Solo sekaligus membuka galeri. Orang itu nantinya saya minta untuk membuat batu mulia dengan desain ukiran Jawa, beberapa contohnya sudah saya miliki,” katanya.

Dia berharap tekadnya mengangkat batu mulia dengan ukiran Jawa dapat menggairahkan kembali seniman maupun para ahli ukir di Solo. “Saya ingin Solo tidak hanya terkenal dengan Pasar Triwindu tapi juga dikenal karena batu mulianya,” katanya.

Saat ini, Djoned juga menjadi salah satu orang yang mendukung gelaran lomba perkukut di Solo dengan label KGPAA Mangkunegara IX Cup yang dilaksanakan Oktober mendatang. Ia pula yang membuka jalan agar perlombaan itu bisa dilaksanakan di Pura Mangkunegaran.

“Di Jogja ada lomba perkutut HB Cup. Di Solo walaupun ada keraton dan Mangkunegaran tapi tidak pernah mengadakan acara semacam itu. Makanya saya terpanggil supaya acara yang sama juga bisa digelar di Solo,” ungkapnya.

Minat Djoned bukan melulu pada benda-benda bersejarah maupun perkukut. Jauh sebelum itu ia juga peduli terhadap musik keroncong. Ketika musik keroncong meredup pada 1993, ia bekerja sama dengan seniman keroncong seperti almarhum Andjar Ani dan almarhum Gesang serta Waldjinah menggelar acara musik keroncong di Hotel Solo Inn.

“Saya tidak bisa tinggal diam melihat budaya Jawa terkikis begitu saja. Saya membuat komunitas dan aktivitas yang menyangkut harkat orang banyak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya