SOLOPOS.COM - Pasar Sumberlawang Sragen. (Solopos/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Sejumlah pedagang di pasar tradisional Sragen memilih tidak berjualan di tengah pandemi Covid-19. Namun, mereka tetap berkewajiban membayar retribusi kepada Pemkab Sragen.

Lurah Pasar Sumberlawang, Joko Supriyanto, mengatakan tercatat ada sekitar 600 pedagang yang berjualan di lingkungan pasar yang dikelolanya. Terjadinya pandemi membuat sebagian pedagang takut berjualan di pasar.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Menurunnya daya beli masyarakat makin membuat sebagian pedagang memilih berdiam diri di rumah dari pada berjualan di pasar. Namun meski tidak berjualan, mereka tetap dikenai kewajiban membayar retribusi kepada Pemkab Sragen.

“Kebetulan Pasar Sumberlawang itu ramai hanya pada saat Pon dan Legi. Semua pedagang los ditarik retribusi ya saat Pon dan Legi itu. Kalau mereka tidak masuk, pembayaran retribusi berikutnya harus dobel. Kalau dia pedagang kios, retribusi harus dibayar setiap hari meski ia tidak masuk sekalipun,” terang Joko kepada Solopos.com, Senin (18/5/2020).

MUI Kecewa Mal Buka Saat Masjid Ditutup: Pemerintah Tidak Tegas

Biaya Retribusi

Besarnya retribusi yang harus dibayar pedagang di Sragen bervariasi. Pedagang los harus membayar Rp160/meter, sementara pedagang kios Rp170/meter. Rata-rata los dan kios pedagang berukuran mulai 1,5x3 meter hingga 3x3 meter.

Besarnya retribusi yang harus dibayarkan pedagang itu juga sudah dipotong 25% per 1 Mei 2020 sebagai keringanan akibat terjadinya pandemi corona.

“Pada 2020, target retribusi pedagang itu sekitar Rp280 juta. Setelah terjadi pandemi, ada keringanan pembayaran retribusi sebesar 25% sehingga target itu kemungkinan tidak tercapai. Sementara ini belum ada revisi target retribusi. Soalnya kami juga tidak tahu sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Kalau realisasi retribusi jauh dari target seharusnya dimaklumi mengingat yang dihadapi saat ini adalah bencana,” papar Joko.

Pabrik Gelap Narkoba di Semarang Digerebek BNN

Sejak dibangun dengan anggaran senilai Rp14,8 miliar pada 2017, Pasar Sumberlawang dihuni total 600 pedagang baik pedagang kios, pedagang los maupun oprokan. Khusus pedagang toko kelontong dan bumbu dapur menempati kios dan los di lantai I.

Sementara khusus pedagang sepatu dan pakaian menempati lantai II. Setelah lebih dari setahun menempati bangunan baru, para pedagang justru merindukan suasana jual beli di pasar lama.

Berkat Contravid, Hasil Swab 7 Peserta Ijtima Gowa di Sragen Negatif Covid-19

Meski bangunan pasar lama terkesan kumuh, para pedagang merasa betah lantaran dagangan mereka diserbu pembeli. Sekarang, pedagang dihadapkan pada persoalan baru yakni pandemi Covid-19 yang membuat daya beli masyarakat turun.

“Sekarang kondisinya seperti ini. Kemarin seharian buka dagangan hanya laku tiga biji [pakaian]. Lokasinya di lantai II sehingga jarang dijamah pembeli,”papar Tiyem, 50, pedagang setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya