SOLOPOS.COM - Ilustrasi Toko Modern JIBI/Bisnis Indonesia/Alby Albahi

Solopos.com, JAKARTA — Pelaku usaha ritel menyebutkan implementasi PPKM Darurat tidak memicu aksi panic buying atau belanja berlebihan karena panik. Meski demikian, aksi pembatasan pembelian diberlakukan untuk sejumlah produk yang mengalami kenaikan permintaan.

“Secara umum tidak ada panic buying. Kami hanya melihat ada kenaikan signifikan untuk penjualan produk minuman kesehatan seperti susu. Karena itu kami batasi hanya 10 unit demi menghindari aksi penimbunan dan spekulan,” kata Vice President Corporate Communication PT Trans Retail Indonesia Satria Hamid, Senin (5/7/2021) seperti dilansir Bisnis.com.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Satria mengatakan kebijakan ini diterapkan untuk memastikan bahwa produk tersebut dibeli oleh konsumen akhir dan tidak untuk diperjualbelikan lagi dengan harga lebih tinggi. Selain itu, pembatasan pembelian dimaksudkan untuk menjaga pasokan tetap aman.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Skenario Terburuk Covid-19, Menkeu Sebut Ekonomi Bisa Turun ke 4%

Dia juga menyebutkan bahwa perusahaan menjamin pasokan bahan pangan pokok, termasuk pangan segar memadai dengan harga normal. Satria bahkan menyebutkan bahwa ritel jaringan Trans Retail menawarkan potongan harga untuk produk-produk kebutuhan sehari-hari.

“Pasokan dan stok aman dengan harga normal [tidak ada kenaikan],” kata dia.

Permintaan akan Cenderung Melemah

Terpisah, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kenaikan harga pangan selama PPKM Darurat berisiko terjadi jika terjadi gangguan pasokan dan proses distribusi. Dia memperkirakan permintaan akan cenderung melemah dan tidak terlalu memicu kenaikan harga.

“Harus diwaspadai potensi inflasi yang bersumber dari sisi pasokan. Daerah harus mengecek kesiapan distribusi dari petani ke pasar tradisional dan swalayan,” kata dia.

Baca Juga: Gubernur Ganjar Sidak Depo Oksigen di Demak, Ini Temuannya

Penyekatan yang diterapkan di sejumlah jalur, kata Bhima, bisa berdampak pada ketepatan pengiriman barang. Penyekatan juga bisa menambah biaya transportasi dan mengerek harga di sisi konsumen.

Sebagaimana diketahui, komoditas pangan menjadi salah satu penyumbang 0,16 persen pada Juni. Deflasi terutama disebabkan oleh penurunan harga cabai merah, bawang merah, dan daging ayam ras.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,71 persen dengan andil 0,18 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya