SOLOPOS.COM - Petugas mengecek proses produksi air bersih di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Jebres, Solo, Senin (4/5/2020). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO–Rata-rata 43% air produksi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Toya Wening atau PDAM Solo hilang per bulan pada 2022.

Air hilang atau non-revenue water (NRW) adalah air yang tidak berekening atau tak bisa diuangkan. Angkanya diperoleh dari selisih jumlah air yang masuk ke sistem (suplai) dengan air yang tercetak di rekening. Sementara produksi air PDAM Solo sekitar 1,9 juta m3 per bulan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu diungkapkan Pejabat Pemberi Informasi dan Dokumentasi (PPID) Perumda Toya Wening, Bayu Tunggul Pamilih.

PDAM Solo sendiri dalam setiap bulan menghasilkan air sekitar 1,9 juta m3. Artinya, dalam satu bulan kurang lebih 817.000 m3 air PDAM di Kota Solo hilang.

“Ya naik turun di sekitar itu [produksi 1,9 juta m3 per bulan]. Perhitungan di Solo [NRW] 43%, dikalikan dengan total produksi,” kata dia kepada Solopos, Rabu (5/10/2022).

Bayu mengatakan dengan NRW 43%, maka NRW di Kota Solo terhitung masih tinggi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/2006 tentang batas maksimal kebocoran air bersih untuk perusahaan air minum, toleransi NRW maksimal adalah sebesar 20%. Artinya NRW di Solo lebih dari regulasi tersebut.

“Tingkat kehilangan air kita masih tinggi. Ini ya termasuk besar, standar nasional itu 20%,” kata Bayu.

Air yang hilang bisa berasal dari konsumsi resmi tak berekening, kehilangan komersial, dan kehilangan fisik. Kehilangan fisik bisa berupa kebocoran pipa transmisi, distribusi, dan pipa dinas hingga pipa meter pelanggan.

Juga kebocoran atau luapan air pada reservoir. Sementara kehilangan komersial dikarenakan konsumsi air PDAM Solo yang tidak resmi (ilegal), ketidakakuratan meter, ketidakakuratan pembacaan meter, serta kesalahan pengolahan data.

“Yang tidak bisa direkeningkan yang digunakan oleh damkar, kemudian saat pipa kita pecah, kemudian saat pencatatan rumahnya sepi, kan ada selisih. Kemudian ada pencurian air,” lanjut dia.

Pembacaan meter pelanggan sendiri dilakukan secara serentak oleh PDAM mulai tanggal 1 hingga 20 setiap bulannya. Sementara itu air yang berekening di Kota Solo adalah 57% dari total produksi air.

Per bulannya, konsumsi air di Kota Solo melebihi 1 juta m3. Konsumsi tersebut merupakan akumulasi dari konsumsi beberapa golongan konsumen. Di antaranya golongan rumah tangga 1 -4, golongan niaga 1 – 2, golongan sosial umum dan khusus, golongan sekolah, golongan pemerintah, dan kelompok khusus.

Data Surakarta Dalam Angka 2022 menunjukkan jumlah air minum yang disalurkan setiap bulannya di Kota Solo tak lebih dari 1,3 juta m3 per bulan. Desember 2021, jumlah air minum yang disalurkan setiap bulan di Kota Solo 1.155.404 m3, pada Desember 2020 1.255.370 m3.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya