SOLOPOS.COM - Wahyu Tulus Nugroho. (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

THL TBPP kecewa karena pengangkatan CPNS berdasarkan batasan usia.

Solopos.com, WONOGIRI — Para Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL TBPP) Wonogiri kecewa karena pengangkatan menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS) hanya berdasar batasan usia dan mengesampingkan kinerja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kondisi tersebut mengendurkan semangat mereka dalam bekerja. Dikhawatirkan hal itu akan menurunkan kualitas pembangunan pertanian di daerah mengingat peran THL TBPP selama ini sangat besar.

Ketua Forum Komunikasi (FK) THL TBPP Wonogiri, Wahyu Tulus Nugroho, 42, saat ditemui di wilayah binaannya, Kelurahan Beji, Nguntoronadi, Senin (11/9/2017), menyampaikan dari 94 THL TBPP naungan Kementerian Pertanian di Wonogiri hanya 14 orang yang diangkat menjadi CPNS, belum lama ini. Sebanyak 80 orang lainnya, termasuk dirinya, tak diangkat karena berusia lebih dari 35 tahun.

Hanya THL TBPP angkatan 2007-2009 yang berusia kurang dari 35 tahun yang diangkat. Menurut Wahyu kebijakan tersebut tidak adil dan diskriminatif karena dasar pengangkatan mengabaikan kinerja penyuluh selama ini. Alhasil, THL TBPP yang berkinerja baik bahkan berprestasi tidak diangkat menjadi CPNS.

Prestasi itu seperti yang ditorehkan Wahyu. Sejak bekerja 2008, warga Glesungrejo, Baturetno, Wonogiri, itu mencatatkan 18 prestasi individu dan kelompok tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional.

Prestasi tersebut di antaranya juara I penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara tingkat kabupaten selaku pendamping P2KP Desa Semin, Nguntoronadi, kategori pengguna kreatif teknologi ketahanan pangan 2012. Pada tahun yang sama dia keluar sebagai juara I tingkat Jawa Tengah dan nasional dalam penghargaan yang sama.

Pada tingkat nasional Wahyu mendapat apresiasi karena berhasil memotivasi masyarakat dalam mengoptimalisasi lahan marginal, pemanfaatan lahan pekarangan, dan pengembangan pangan lokal. Kelompok wanita tani (KWT) yang didampinginya, KWT Melati Semin, juga menorehkan juara I penghargaan yang sama tingkat nasional karena berhasil memanfaatkan pekarangan menjadi sumber pangan dan penghasilan.

“THL TBPP di Indonesia yang tidak diangkat karena terbentur usia merasakan kekecewaan yang sama. Ini ironis sekali. Dulu pemerintah memberi angin surga bahwa pengangkatan THL TBPP tidak dibatasi usia. Seiring berjalannya waktu kebijakan mulai terlihat diskriminatif. Lalu kami melalui FK THL TBPP tingkat nasional berjuang hingga menembus DPR. Tapi pemerintah tetap tidak memperhatikan nasib kami,” kata Wahyu.

Dia menyebut kondisi itu menurunkan semangat para THL TBPP dalam membangun pertanian daerah. Mereka merasa kerja yang selama ini dilakukan tak dihargai, sehingga muncul pemikiran lebih baik bekerja biasa saja karena kerja dengan totalitas pun diabaikan pemerintah.

THL TBPP Selogiri, Mulyadi, mengaku kecewa dengan kebijakan pemerintah tersebut. Dia berharap pemerintah masih memperhatikan THL TBPP yang belum menjadi CPNS diangkat menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya