SOLOPOS.COM - al pacino dan bekas luka panjang di wajahnya. (google)

“Kalian tidak mendengar cerita tentang Al Capone yang berlatih dengan senjata. Kalian mendengar bahwa dia pulang setiap malam ke ibunya. Al adalah anak yang tak menonjol, ramah, berbicara dengan lembut dan bahkan biasa-biasa saja dalam segala hal kecuali menari,” tulis Bergreen.

al pacino dan bekas luka panjang di wajahnya. (google)

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Bagaimana bisa dari seorang anak lelaki yang berbicara lembut bermetamorfosis menjadi super gangster yang sukses dan akrab dengan kekerasan? Salah satu dugaan terkuat adalah kehadiran sosok Frankie Yale atau Francesco Ioele.

Berasal dari Calabria, Yale adalah seseorang yang ditakuti sekaligus dihormati. Bertolak belakang dengan gaya cinta damai dan “terhormat” yang pernah ditanamkan Torrio, Yale membangun usahanya dengan otot dan agresi.

Yale membuka sebuah bar di Coney Island yang disebut Harvard Inn. Atas rekomendasi Torrio, Yale menyewa Al yang kala itu berusia 18 tahun, untuk menjadi bartender.

Pekerjaan Al di Harvard Inn sebagai bartender dan kadang penjaga, membuatnya sering menunggui meja-meja. Pada tahun pertama, nama Al menjadi populer di mata bosnya dan para pelanggan bar.

Lalu, keberuntungannya berubah tiba-tiba ketika suatu saat dia menunggu di meja milik pasangan muda. Gadis yang duduk di meja itu sangat cantik dan memesona Capone muda.

Saat itu, Al nekat mendekatinya dan membungkuk untuk mengucapkan pujiannya. “Sayang, kau mempunyai pantat yang indah, maksudku itu adalah sebuah pujian,” ujar Al dengan percaya diri.

Pada saat yang sama, pria yang menyertai gadis itu dan kebetulan adalah kakak lelakinya, Frank Gallucio, langsung bangkit berdiri dan meninju lelaki yang dianggap telah menghina adiknya. Atas pukulan itu, Al tak terima dan lantas membalas.

Atas amukan Al, Gallucio mengeluarkan pisau untuk membela diri dan sempat menorehkan tiga luka dalam di wajah Al sebelum menarik adiknya untuk pergi dari tempat itu.

Insiden dan luka di wajahnya itulah yang kelak mengubah masa depan Al. Meskipun lukanya akhirnya bisa sembuh dan tak membahayakan nyawanya, bekas parut yang jelek itu telah menjadi “stempel” dan menghantuinya selamanya, membuatnya sering dijuluki Al “Scarface”. (Bersambung Bagian VII)

Dari berbagai sumber

Bagian V

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya