SOLOPOS.COM - Reruntuhan Istana Csejte, bekas kediaman Elizabeth Bathory (google)

Reruntuhan Istana Csejte, bekas kediaman Elizabeth Bathory (google)

Seusai penggerebekan kastil Countess Elizabeth Bathory di Cachtice (Csejte) yang disertai bukti-bukti mengerikan, proses hukum sempat mandeg. Namun, setelah tarik ulur kepentingan di tingkat elit kerajaan, persidangan kasus Bathory pun dilangsungkan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ironisnya, bukan karena jumlah korban Elizabeth yang fantastis atau kekejiannya, alasan dimulainya persidangan. Namun, lebih karena kepentingan politis para penguasa. Pihak kerajaan berusaha menghindari kewajiban membayar hutang raja kepada mendiang suami Elizabeth, serta berkeinginan menguasai aset tanah Elizabeth yang sangat luas.

Persidangan pertama dilakukan pada 7 Januari 1611 di Bicse, dipimpin hakim Mahkamah Agung, Royal Theodosious Syrmiensis de Szulo. Dalam persidangan kedua yang digelar sepekan kemudian, terungkap, sedikitnya ada 650 perempuan muda yang disiksa dan dibunuh dengan keji oleh Elizabeth dalam kurun waktu 1585-1610.

Sebuah buku yang diyakini adalah buku harian Elizabeth, menjadi salah satu bukti di persidangan. Buku yang berisi jumlah korban serta rincian perlakuan kejam terhadap mereka itu disimpan dalam arsip negara di Budapest. Deskripsi penyiksaan yang muncul selama persidangan antara lain pemukulan berkali-kali hingga mati, pembakaran hidup-hidup, mutilasi anggota tubuh hidup-hidup, menggigit wajah atau anggota tubuh lainnya hingga hancur atau terputus agar mengucurkan darah korban. Ada pula perlakuan membekukan korban hingga menjadikannya eksperimen operasi, dibiarkan mati kelaparan, penusukan jarum ke beberapa bagian tubuh, hingga tindakan seksual sadis yang mengakibatkan kematian.

Elizabeth tidak pernah didatangkan ke pengadilan untuk diadili secara langsung, hanya empat pelayannya yang diadili, yakni Dorottya Szentes (Dorka), Ilona Jo, Katarina Benicka, dan Janos Ujvari (Ficko). Menurut mereka, Elizabeth menyiksa dan membunuh korban tidak hanya di Csejte, tetapi juga di Sarvar, Sopronkeresztur, Bratislava, Pozsony, Pressburg, Wina dan tempat-tempat yang berada di antara lokasi itu.

Dorka, Ilona Jo, dan Ficko kemudian dinyatakan bersalah dan dihukum mati di tempat. Dorka dan Ilona dicabut kuku-kukunya sebelum dilemparkan ke dalam api, sementara Ficko dipenggal kepalanya sebelum dimasukkan ke dalam api. Eksekusi dilakukan di depan publik untuk menunjukkan keadilan telah dilakukan. Sementara Benicka dipenjara seumur hidup.

Dalam persidangan, Raja Matthias sempat memerintahkan hukuman mati bagi Elizabeth.namun karena pengaruh sepupunya yangmenjadi perdana menteri, hukuman itu diganti.

Thurzo berhasil meyakinkan Raja, hukuman mati  akan berpengaruh negatif terhadap dukungan kaum bangsawan terhadap kerajaan. Raja pun memerintahkan agar Elizabeth dikurung di kamarnya di Cachtice. Kamar itu ditutup rapat dengan kayu dan batu, hanya ada lubang kecil untuk memasukkan makanan dan minuman.

Hingga pada 21 Agustus 1614, penjaga tahanan rumah mendapatinya mati dengan wajah tertelungkup di lantai. Sang Countess berdarah pun tewas pada usia 54 tahun.

Elizabeth sempat dimakamkan di samping gereja Csejte, namun ditolak penduduk desa karena di tanah yang sama dimakamkan pahlawan mereka yang bergelar The Tigress of Csejte. Makam Elizabeth pun dibongkar dan jasadnya dipindahkan ke makam keluarga Bathory di Ecsed.

Nama Elizabeth Bathory sendiri tabu disebutkan di kalangan masyarakat Hungaria. (Tamat)

Bagian V

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya