SOLOPOS.COM - Menkop UKM Teten Masduki saat menjadi keynote speaker webinar yang digelar Suara.com, pada Jumat (19/3/2021). (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA – Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengungkapkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 82,82 persen usaha yang ada di Indonesia terdampak pandemi Covid-19. Termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Menkop UKM Teten Masduki mengatakan hal itu saat menjadi keynote speaker webinar yang digelar Suara.com, pada Jumat (19/3/2021). Webinar bertajuk “Adaptasi dan Teknologi, Kiat UMKM Lokal Terus Berkembang di Tengah Pandemi” sebagai bagian dari peringatan HUT ke-7 Suara,com pada 11 Maret lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Webinar menampilkan empat pembicara. Yakni, pengelola Grup Farm House, Perry Tristianto (Bandung). Pelaku bisnis wedding gifts Peapepo, Licke Mayasari (Surabaya), Konsultan Marketing, Yuswohady, dan VP of Marketing JNE, Eri Palgunadi.

“Pelaku UMKM terdampak harus melakukan perubahan agar tetap eksis saat pandemi Covid-19. UMKM harus bisa cepat beradaptasi dengan situasi baru. Artinya, UMKM harus menata ulang model bisnis dengan perkembangan terkini,” kata Teten.

Pelaku UMKM, lanjut Teten, bisa beralih ke ekosistem digital dengan memasarkan produknya di platform digital seperti e-commerce. Selain itu penting juga berkolaborasi, membagi beban kerja untuk efisiensi dan mendapatkan ide baru.

“Alhamdulillah pada 2021 UMKM yang berubah ke ekosistem digital itu mencapai 12 juta atau 19 persen. Di awal tahun 2020 baru mencapai 10-12 persen. Itu suatu akselerasi yang cukup membanggakan,” ujar Menkop UKM.

Baca jugaPerusahaan dan Toko Modern di Klaten Wajib Bermitra dengan UMKM

Menurut Perry, sebetulnya para pelaku UMKM mampu bertahan dalam kondisi krisis apa pun termasuk saat terdampak pandemi Covid-19. Hanya saja mereka bisa membuat produk tapi tak mampu dalam memasarkannya.

Pelaku UMKM tidak tahu segmen pasar yang mana yang akan dibidik. Konsep pemasaran yang bagaimana. “Jadi UMKM ini tahu bikin produk, tapi tidak tahu segmen pasar. Permasalahan lainnya, yakni soal packaging [kemasan], jadi harus diarahkan,” ujar Perry.

Terus Berinovasi

Dampak pandemi Covid-19 juga dirasakan usaha dari Licke Mayasari, yang berbasis di Surabaya. Idealisme yang dibangun sejak awal pun harus ditepikan, agar UMKM yang dikelolanya bisa bertahan. Caranya dengan inovasi produk, seperti membuat masker kain dengan gambar karikatur.

“Yang terpenting bisnis tetap hidup dan menghasilkan. Karena ada banyak anak-anak juga bersama kami. Kita tidak menolak keadaan yang terjadi, tapi kita menerima kondisi sambil terus melakukan inovasi,” jelasnya.

Licke pun menjabarkan empat hal yang dilakukan oleh Peapepo untuk bertahan di tengah pandemi seperti sekarang. Yaitu being relevant dan berinovasi, belajar membaca data dan tidak melulu mengandalkan feeling bisnis. Shifting focus (pivot bisnis), serta terakhir keep on learning alias terus belajar.

Baca jugaPendaftar UMKM Virtual Expo 2021 Didominasi 3 Usaha Ini, Bisnismu Termasuk?

Konsultan Marketing, Yuswohady mengatakan UMKM harus bisa beradaptasi. Memang paling terdampak pandemi, tapi justru yang bisa paling cepat bangkit. Tapi jangan anggap masa pandemi masa yang berat. Namun, ada (juga) yang panen luar biasa.

“Ini saya mapping bisnis UKM yang cocok untuk pandemi dan setelah pandemi. Untuk pandemi [ada] EO virtual, masker, bicycle shop, agro, pet store. Bisnis [yang] bakal growing setelah pandemi, (seperti) frozen food, pickup delivery, adventure tour. Vaksin, klinik [itu] juga bisnis luar biasa, [kemudian] kartun, dan digital agency,” ujarnya.

Biaya Logistik

VP of Marketing JNE, Eri Palgunadi menyampaikan bahwa sistem logistik menjadi salah satu PR yang harus segera dibereskan pemerintah dan pihak-pihak terkait. Karena biaya logistik di Tanah Air hingga kekinian lumayan mahal.

“Jadi ada sebuah anekdot di Indonesia, kalau mau kirim itu, biaya logistik sekitar 20 sampai 30 persen [dari harga barang] dan bukan yang termurah,” ujarnya.

Kalau melihat Indonesia, sebetulnya yang paling mirip adalah dengan Filipina. Di wilayah utara, pembangunan mungkin lebih maju dibandingkan wilayah selatan Filipina. Sementara di Indonesia kan mungkin wilayah barat saja, sedangkan timur masih menjadi tantangan.”

“Inilah kenapa barang-barang kreatif dari [kawasan] timur tidak mampu bersaing secara harga. Karena biaya pengiriman jauh lebih mahal ketimbang barang impor. Ini yang harus dicarikan solusi, bagaimana distribusi memberikan pertumbuhan bagi UMKM,” jelasnya.

Mengenai program Suara UMKM, merupakan program bekelanjutan yang diprakarasi PT Arkadia Digital Media Tbk melalui Suara.com. Ini adalah program UMKM yang andal, modern dan berorientasi digital. Sehingga tercipta ekosistem UMKM yang baik dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. (*)

HUT Suara.com
Pemotongan tumpeng menandai HUT ke-7 Suara.com. (Istimewa)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya