SOLOPOS.COM - Peserta mengikuti Family Cooking Contest di Lorin Business Resort & Spa, Karanganyar, Minggu (7/10/2012). Setiap tim terdiri dari tiga orang dengan bahan utama masakan berupa ikan. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Peserta mengikuti Family Cooking Contest di Lorin Business Resort & Spa, Karanganyar, Minggu (7/10/2012). Setiap tim terdiri dari tiga orang dengan bahan utama masakan berupa ikan. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO–Kontes memasak bukan hanya jadi ajang mencari hadiah. Selain iseng-iseng berhadiah, kontes juga bisa dipakai untuk tujuan lain, yaitu memperkenalkan makanan pada khalayak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Itulah yang muncul dalam benak pasangan Dian Ekasari dan Dahlan saat mengikuti Cooking Family Competition Ala Chef di Kampoeng Ikan Lor In Hotel, Minggu (7/10) pagi. Tidak seperti kebanyakan peserta lain yang berlatarbelakang pehobi masak dan kuliner, mereka adalah orang-orang yang sehari-hari mencari penghasilan dari makanan. Di rumah mereka, Jl A Yani 124 Solo, mereka mengelola sebuah warung lesehan bernama Warles Timoti.

“Di sana kami tiap hari memasak menu kakap. Kebetulan ada kontes masak ini dan kami datang untuk memperkenalkan makanan kami,” ujar Dian di sela-sela menghias masakannya.

Karena sudah setiap hari memasak ikan kakap untuk pelanggan warungnya, Sahlan dan Dian pun tak butuh waktu lama untukmenyelesaikan masakan. Dibandingkan dengan puluhan tim peserta lainnya, Sahlan dan Dian jauh lebih cepat, yaitu hanya 30 menitan. Selebihnya mereka memanfaatkan sisa waktu untuk menghias makanan.

“Kami memang memasak apa yang sehari-hari kami jual,” sambung Sahlan.

Apa yang dimasak oleh Dian dan Sahlan memang cepat dibuat baik di warung maupun di rumah. Wujudnya sederhana, yaitu kakap goreng yang disajikan dengan sambal. Namun menu sederhana tersebut juga menggunakan bumbu khusus, yaitu bumbu kuning khas masakan Sunda.

Maklum mereka memang bukan orang asli Solo, melainkan berasal dari Bogor, Jawa Barat. Di Solo mereka memperkenalkan cara masak orang Sunda, salah satunya bumbu kuning. Bumbu ini terdiri dari campuran kunyit, jahe dan bawang merah yang di-uleg (di­haluskan). Karena mengandung kunyit, jadilah bumbu ini berwarna kuning.

Bumbu ini bukan dipakai sebagai saus, melainkan dilumurkan pada tubuh ikan segar sebagai penyedap. Biasanya, orang hanya membumbui ikan dengan larutan garam seadanya. “Setelah bumbunya meresap dalam daging, lalu digoreng. Kira-kira butuh waktu lima menit untuk membumbui,” terang Dian.

Dengan bumbu ini pula mereka menghilangkan bau amis pada ikan. Mereka tidak menggunakan minyak wijen atau jeruk nipis karena yakin kekuatan bumbu kuning. “Kalau ada ikan yang masih amis, berarti bumbunya tidak meresap.”

Satu lagi yang membuat masakan ini berbeda adalah sambalnya. Dian dan Sahlan tidak menggunakan sambal korek atau tomat, melainkan sambal lombok ijo. Pembuatan sambal ini juga tidak terlalu rumit, yaitu hanya dengan cabai hijau dan bawang putih. Keduanya dihaluskan dan ditambah sedikit garam kalau dibutuhkan. Biar lebih awet, sambal ini biasanya ditumis dengan sedikit minyak. “Bisa tahan sampai tiga hari, tapi biasanya sudah habis sebelum itu.”

Sayangnya dalam kontes memasak tersebut, masakan mereka tidak masuk dalam tiga besar juara. Meskipun kalah bersaing dengan masakan lain yang lebih wah, setidaknya masakan mereka tampil lebih simpel dan lebih cepat dibuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya