SOLOPOS.COM - Ilustrasi tes swab kulit (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA–Tes swab kulit sepertinya tengah jadi pertimbangan untuk mengetahui seseorang positif atau negatif Covid-19. Sebelumnya pada Januari lalu, China mengenalkan tes swab anal.

Tes swab kulit ini  bekerja dengan menganalisis kemungkinan perubahan yang disebabkan virus dalam tubuh. Simak ulasannya di tips kesehatan kali ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat ini vaksinasi kian gencar dilakukan di seluruh dunia untuk menurunkan angka kasus virus corona. Namun, tes covid juga penting dilakukan untuk mengetahui siapa yang memiliki virus dan bertindak cepat untuk mengarantina orang lain yang mungkin berisiko terpapar.

Melansir dari Medical News Today, sebuah tim yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Surrey di Guildford, Inggris, mengembangkan metode baru untuk menguji Covid-19. Tes ini menggunakan usap kulit atau dikenal dengan tes swab kulit yang merupakan prosedur noninvasif. Tes ini menganalisis sekresi sebum yang ada di kulit. Sebum adalah zat berminyak yang diproduksi di kelenjar sebasea. Kelenjar minyak terletak tepat di bawah kulit. Sebum terdiri dari campuran lipid, termasuk trigliserida dan asam lemak.

Baca Juga: Ternyata! 6 Artis Korea Ini Juga Penggemar “The Penthouse”

“Pengambilan sampel sebum memiliki potensi untuk mendukung kedua kebutuhan dengan melihat apa yang virus lakukan terhadap kita, daripada mencari virus itu sendiri,” tulis para penulis studi seperti dikutip dari Bisnis.com, Kamis (25/3/2021).

Menguji sekresi sebum untuk suatu penyakit bukanlah hal baru. Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi perubahan profil sekresi sebum para orang dengan penyakit Parkinson dan Diabetes tipe 1.

Tim memperoleh sampel dari 67 peserta yang dirawat di rumah sakit. Hasilnya, 37 dinyatakan negatif Covid-19 dan 30 dinyatakan positif. Peneliti mengumpulkan sampel dengan mengusapkan kain kasa pada kulit punggung atas para partisipan.

“Sampel dapat dikumpulkan dengan mudah dan non-invasif melalui usapan lembut pada area kulit yang kaya akan sebum (misalnya wajah, leher, atau punggung),” tulis para peneliti pada Kamis (25/3/2021).

Baca Juga: Tante Ernie Bersyukur Sudah Negatif Covid-19

Sebelum ada tes swab kulit, pada Januari 2021 lalu China memperkenalkan tes swab anal setelah adanya penelitian yang mengklaim tes tersebut lebih akurat karena partikel virus Covid-19 berada di rongga anus dan tinja lebih lama daripada di rongga pernapasan.

Kendati demikian, tidak semuanya sepakat tentang penggunaan alat ini. Sekelompok peneliti di Chinese University of Hong Kong menemukan bahwa usapan dubur hanya efektif di antara populasi tertentu, khususnya anak-anak dan bayi.

Metode tes swab anal ini  juga menuai protes. Salah satunya dari Jepang. Pemerintah Jepang mengimbau pemerintah China untuk berhenti menggunakan tes usap anal Covid-19 pada diplomatnya. Permintaan itu datang sepekan setelah Departemen Luar Negeri AS juga meminta China untuk menghentikan tes tersebut. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan tes usap lewat anus itu menimbulkan rasa sakit psikologis yang hebat kepada warganya. Karyawan di kedutaan Jepang di Beijing mengatakan bahwa mereka telah berulang kali menjalani tes anal dan merasa itu sebagai tindakan yang memalukan.

“Ini penghinaan ekstrem,” kata seorang karyawan kedutaan Jepang dilansir dari Insider, Selasa (2/3/2021).

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya