SOLOPOS.COM - ilustrasi emisi karbon (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Pandemi Covid-19 merubah seluruh kehidupan dan memaksa berbagai negara untuk menerapkan lockdown. Meski begitu, pandemi ini juga berkontribusi dalam memangkas emisi karbon dioksida pada tahun ini sebesar 7%.

Rekor baru ini terungkap dalam hasil penilaian tahunan yang dirilis Proyek Karbon Global (Global Carbon Project) pada Jumat (11/12/2020) lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Angka tersebut mewakili penurunan 2,4 miliar metrik ton karbon dioksida (CO2) ke level saat ini yang berada di angka 34 miliar metrik ton, seperti yang dipaparkan dalam studi tersebut. Hasil studi ini dipublikasikan dalam jurnal Earth Systems Science Data.

Pesta Tahun Baru Terlarang di Wilayah Polda Jateng

Dikutip dari situs KSAT.com, angka ini turun dibandingkan dengan tahun 2019 yang tercatat sebesar 36,4 miliar metrik ton. Para ilmuwan mengatakan penurunan ini terutama karena orang-orang tinggal di rumah, sehingga lebih sedikit bepergian menggunakan mobil dan pesawat.

Mereka memperkirakan angka emisi karbon dioksida akan kembali melonjak setelah pandemi berakhir. Transportasi darat tercatat menghasilkan sekitar seperlima emisi karbon dioksida, gas pemerangkap panas buatan manusia.

Lockdown bukan cara atasi perubahan iklim

Salah satu penulis studi Corinne LeQuere, ilmuwan ahli iklim di University of East Anglia, mengatakan lockdown bukan cara untuk mengatasi perubahan iklim. Namun studi serupa yang dilakukan beberapa bulan lalu memperkirakan penurunan emisi dari 4% hingga 7%, tergantung pada perkembangan Covid-19. Gelombang kedua virus Corona dan pengurangan angka perjalanan yang berkelanjutan mendorong penurunan menjadi 7%.

Global Carbon Project juga menyebut emisi turun 12% di Amerika Serikat dan 11% di Eropa, tetapi China hanya menunjukkan angka 1,7%. Itu karena China melakukan lockdown lebih awal dibandingkan fase pandemi gelombang kedua yang lebih sedikit. Selain itu, emisi China pun lebih berbasis industri dibandingkan negara lain yang lebih berbasis transportasi.

Jelang Libur Nataru, Kompleks Umbul Manten Klaten Disemprot Disinfektan

Perhitungan berdasarkan laporan yang merinci penggunaan energi, produksi industri dan jumlah mobilitas harian, dipuji sebagai perhitungan yang akurat oleh para ilmuwan.

Meskipun menjadi rekor, penurunan tersebut masih membuat dunia melepaskan rata-rata 1.075 metrik ton CO2 ke atmosfer setiap detik. Bahkan, angka final untuk 2019 yang diterbitkan dalam studi yang sama menunjukkan bahwa dari 2018 hingga 2019, emisi karbon dioksida hanya meningkat 0,1%, jauh lebih kecil dibandingkan lompatan yang terjadi tahunan sekitar 3% pada satu atau dua dekade lalu.

Meski begitu, emisi kabon diperkirakan tetap meningkat setelah pandemi. Para ilmuwan juga bertanya-tanya apakah 2019 menjadi puncak polusi karbon. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres,mengemukakan dunia harus membuat lompatan besar menuju masa depan emisi net-zero mulai 2021 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya