Polisi Thailand dihukum lantaran tersangkut kasus perdagangan manusia.
Solopos.com, BANGKOK – Lebih dari 50 polisi Thailand dihukum atas tuduhan terkait jaringan pedagangan manusia. Hal itu diungkapkan Kepala Kepolisian Thailand, Jenderal Somyot Poompanmuang, Kamis (7/5/2015).
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Sebelumnya Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha, memerintahkan penyelidikan menyusul temuan kamp perdagangan manusia di hutan terpencil Provinsi Songkhla pekan lalu.
Sebanyak 31 mayat yang diyakini jasad imigran asal Myanmar dan Bangladesh terkubur dekat kamp di wilayah dekat perbatasan Malaysia tersebut.
“Kami telah memindahkan lebih dari 50 polisi atas kasus ini karena para komandan lokal mengetahui siapa saja yang terlibat,” kata Somyot seperti dikutip Reuters.
Polisi Thailand pun menahan empat warga dan seorang asal Myanmar atas kasus itu. Selain penyelidikan, Perdana Menteri Thailand juga memerintahkan pemusnahan tempat-tempat yang diduga menjadi kamp perdagangan manusia di seluruh negeri dalam sepuluh hari.
Sejumlah pejabat mengatakan perdagangan manusia dibiarkan berkembang dalam beberapa tahun di tengah ketidakpedulian dan kadang melibatkan pihak berwenang. Sunai Phasuk dari organisasi hak asasi manusia, Human Rights Watch, menyerukan penyelidikan perdagangan manusia juga menyasar personel militer.
“Kami melihat para politikus dan polisi lokal tengah diinvestigasi tapi bagaimana dengan personel militer? Bagaimana pula dengan pejabat dari Departeman Kehutanan yang telah lama diduga kuat membantu pedagang manusia?
Seperti dikabarkan, Kepolisian Thailand kembali menemukan sebuah tempat yang diduga menjadi kamp perdagangan manusia, di hutan Provinsi Songkla, Senin (4/5/2015) malam. Tempat itu hanya berjarak satu kilometer dari lokasi penemuan 26 mayat di kuburan massal dan kamp pertama pekan kemarin. Selanjutnya, enam mayat ditemukan tak jauh dri lokasi itu.
Banyak imigran gelap asal dari etnis Rohingya di Myanmar dan Bangladesh menempuh perjalanan berbahaya melalui darat dan laut untuk menghindari konflik berbau agama dan etnis. Sebagian dari mereka menuju Thailand dan Malaysia untuk mencari pekerjaan. Mereka kerap menjadi korban perdagangan manusia dan penculikan, dibawa ke hutan dimana pedagang meminta tebusan untuk pembebasan mereka atau menyelundupkannya melintasi perbatasan menuju Malaysia.