SOLOPOS.COM - Ilustrasi aksi aparat Densus 88 Antiteror (JIBI/Solopos/Antara/Dok.)

Misalnya, dalam pemberitaan teror di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, setidaknya terdapat beberapa media yang terkena semprit Komisi Penyiaran Indonesia.

 

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

 

Harianjogja.com, JOGJA– Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY mengajak media massa untuk berperan aktif dalam menanggulangi terorisme di dalam negeri melalui karya jurnalistik.

Ajakan tersebut terkait masih adanya media massa yang tidak mengindahkan kaidah jurnalistik dalam pemberitaan isu-isu terorisme. Misalnya, dalam pemberitaan teror di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, setidaknya terdapat beberapa media yang terkena semprit Komisi Penyiaran Indonesia.

BNPT dan FKPT DIY bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) DIY pun menggelar kegiatan yang melibatkan media massa dalam pencegahan terorisme dan deseminasi pedoman peliputan terorisme di Jogja selama tiga hari, Selasa-Kamis (22-25/3) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kegiatan tersebut jugadiikuti humas intansi pemerintah, TNI-Polri.

“Pemberitaan tentang terorisme yang sesuai dengan koridor yang berlaku di jurnalistik akan membantu mencegah terorisme semakin tumbuh dan berkembang,” kata Koordinator Bidang Media Massa, Subdit Kewaspadaan, BNPT, Samsul Hadi dalam diskusi di Gedung PWI DIY, Jalan Gambiran Jogja, Selasa (22/3).

Anggota Dewan Etik Alinasi Jurnalis Indonesia, Willy Pramudya menyatakan masih banyak wartawan yang belum memahami aturan peliputan terorisme, tidak mengindahkan keselamatan diri dan masyarakat dalam menjalankan tugasnya. Ia mengatakan Dewan Pers sudah mengeluarkan aturan tentang Pedoman Liputan Terorisme yang memuat 13 poin, di antaranya menempatkan keselamatan wartawan sebagai perioritas, tidak menyiarkan gambarsadis terkait teroris, dan menghindari peliputan keluarga terduga teroris.

Menurutnya diperlukan kegiatan desiminasi pedoman peliputan terorisme dan peningkatan profesionalisme wartawan dalam meliput isu-isu terorisme. “Karena banyak wartawan yang tidak mendapat pelatihan dari medianya masing-masing,” ujar Willy.

Ketua Pwi DIY Siyono mengatakan media massa bagai dua sisi mata uang. Jika dimanfaatkan pada keburukan akan buruk, jika digunakan untuk kebaikan akan baik. Ia meminta wartawan dan media massan untuk berperan aktif dalam pencegahan terorisme dengan mengedepankan etika jurnalistik dalam karyanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya