SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kebumen –-Yuli Harsono (33), pria kelahiran 2 Mei 1977 yang tewas tertembak pada saat penggerebekan oleh Densus 88 Mabes Polri di Klaten Jawa Tengah terlibat dalam jaringan Jama’ah Islamiyah (JI) sejak tahun 2002.

Yuli, panggilan akrab Yuli Harsono di tempat kelahiranya Desa Kewayuhan, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, sejak terlibat JI kepribadianya dirasakan oleh keluarganya berubah drastis.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

Pernyataan itu disampaikan oleh Rojikin (34), kakak kandung Yuli Kamis (24/06/2010) saat ditemui detikcom di rumahnya.

“Adik saya Yuli yang dulu ramah dan periang, berubah drastis sejak terlibat dalam jaringan Islam radikal itu,” tegas Rojikin.

Anak pasangan dari Martiyem (60) dan Salimun Ashari (70) begitu lulus dari salah satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kebumen langsung bergabung TNI-AD Pusdiklathub Bandung. Dia juga aktif terlibat JI dan sering mengikuti pengajian dengan teman-temanya di Solo, Jawa Tengah.

Pada pertengahan 2002, Yuli sempat diberi nasihat dan peringatan oleh keluarganya untuk tidak lagi terlibat aktif dalam jaringan Islam bergaris keras itu.

“Keluarga sudah berkali-kali menasehati. Yul, mbok kamu tidak usah lagi ikut pengajian seperti itu. Lebih baik kamu tekuni pekerjaanmu di TNI,” tegas Rojikin.

Namun, nasihat itu tidak digubris oleh adiknya. Malahan, adiknya semakin memberatkan diri dan semakin dalam terlibat di JI hingga mengorbankan dirinya yang saat itu masih aktif sebagai anggota TNI.

Bahkan, Yuli berani membolos dan meninggalkan tugasnya di Pusdiklathub TNI-AD Bandung hanya demi mengikuti pengajian JI mengakibatkan statusnya sebagai TNI bermasalah.

“Akhirnya, pada awal 2003 kekawatiran keluarga terbukti. Rumah Yuli saat itu didatangi oleh beberapa Polisi Militer (POM) TNI-AD Bandung dan digeledah,” tegas Rojikin.

Petugas POM di rumah yang sekaligus sebagai Puskesmas pembantu Desa Kledung Karangdalem, Kecamatan Banyu Urip, Purworejo ditemukan beberapa dokumen dan buku tentang JI.

“Petugas juga menemukan sebilah senjata tajam pisau tentara atau sering disebut sangkur,” tegas Rojikin.

Kemudian, Yuli digelandang dan dijebloskan ke LP Bandung dengan tuduhan selain mengikuti JI juga melakukan pencurian amunisi sisa-sisa latihan di markas TNI-AD.

Setelah keluar dari LP Bandung tahun 2005, Yuli kemudian bekerja secara serabutan bekerja dan jarang pulang ke rumah istrinya yang lebih tua enam tahun, Siti Istianah (39).

“Kadang seminggu sekali bahkan sampai sebulan sekali tidak kelihatan. Malahan, anaknya yang pertama Hilal (8) malah di sekolahkan di salah satu Ponpes di Klaten. Anaknya kedua Ayat (4) ikut istrinya di Banyu Urip, Purworejo,” imbuh Rojikin.

Saat ini, keluarga hanya bisa pasrah dan menerima keadaan adiknya yang dia nilai telah salah jalan. “Kami hanya bisa berlapang dada kalau memang itu sudah garis adik saya tewas dengan cara seperti itu,” Rojikin pasrah.

Hingga kini, keluarga belum menerima pemberitahuan secara resmi dari petugas kapolisian yang ada dan hanya bisa menunggu apa dan bagaimana kehendak dari petugas kepolisian terhadap jenasah adiknya yang kini sudah berada di rumah sakit Mabes Polri Jakarta.

“Soal pemakaman kita belum membahas sampai kesana. Yang penting bagaimana keberadaan jenazahnya kembali itu kapan,” tutup Rojikin.

dtc/isw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya