SOLOPOS.COM - Ilustrasi garis polisi (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/SOLOPOS)

Teror Jogja-Magelang belum terungkap motifnya. Namun, ada kemiripan kejadian yang dialami korban.

Solopos.com, JAKARTA — Meskipun salah satu tersangka pelaku telah ditangkap Polres Magelang Kota, motif teror yang terjadi di Kota Magelang terhadap sedikitnya 13 korban perempuan belum terungkap ke publik. Namun, ada beberapa kemungkinan pelaku menjalankan aksinya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Psikolog forensik Reza Indragiri, dalam Apa Kabar Indonesia Malam TV One, Jumat (28/4/2016) malam, menduga pelaku memang tidak berniat untuk menghilangkan nyawa korban. Bisa jadi, tujuannya adalah ingin menebar ketakutan dan teror bagi masyarakat luas.

“Motifnya [bisa] banyak. Kalau kasus serupa di luar negeri, motifnya tidak jauh-jauh masalah antara pelaku dengan tergetnya, atau orang yang seperti target jika target utamanya tidak bisa disasar,” kata Reza.

Karena itu, kata Reza, kasus ini harus segera dipecahkan oleh polisi. Jika tidak, maka dampaknya lanjutannya akan lebih kompleks, baik bagi masyarakat luas maupun bagi pelaku.

“Pertama, bagi masyarakat luas, akan bertanya apakah hukum hadir, apakah hukum ditegakkan. Sedangkan bagi pelaku, dia belajar setelah sekian aksi, pesannya sampai. Lalu terangsang untuk mempercanggih aksinya, semula perempuan, kemudian coba ke target lain,” jelasnya.

Salah satu korban, Tri Mugiarti, yang diwawancarai live dari Magelang dalam program yang sama, menjelaskan kronologi saat penembakan yang menimpanya pada 7 April lalu. Seperti korban lain, Tri mengalami luka di bagian tubuh yang tidak terlalu membahayakan dirinya.

Saat itu, Tri melintas di Jl. Tidar pada pukul 22.00 WIB dan pertokoan di sekitar tempat kejadian sudah tutup. Tiba-tiba terdengar suara letusan yang diikuti rasa sakit di belakang pahanya.

“Ada letusan, satu kali. Waktu itu sudah pada tutup, lihat belakang enggak ada apa-apa. Posisi saya di depan bank, lihat enggak ada orang, lalu saya jalan lagi sambil menahan rasa sakit,” kisah Tri.

Efek dari tembakan itu diakui tak terlalu serius secara fisik. Tri mengatakan luka tersebut tidak memerlukan jahitan untuk mengatasinya. Namun, dia mengakui mengalami trauma. “Trauma ada, tapi cuma sedikit, masih bisa aktivitas biasa,” kata dia. “Saya cuma heran aja, kok bisa-bisanya [pelaku melakukannya], kita juga tidak kenal.”

Kejadian ini memang memiliki kemiripan dengan kasus serupa yang dialami korban lain, meski ada yang mengalami luka di bagian lain seperti dada. Dalam pandangan Reza, polisi seharusnya bisa menarik benang merah dari kesamaan yang dialami para korban.

“Polisi membangun profiling, terkait TKP-nya. Tapi yang penting juga adalah profiling korbannya. Kenapa? Kalau ada benang merah kesamaan korban, polisi bisa memberikan prioritas bagi orang yang memenuhi kriteria sebagai korban.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya