SOLOPOS.COM - Dosen Department of International Relations, National University of Singapore (NUS), Prof. Bilver Singh saat menjadi pembicara dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Ahmad Syafi'i Ma'arif School of Political Thought and Humanity Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Ruang Sidang Gedung Pascasarajana, Kampus Terpadu UMY, Sabtu (10/10/2015). (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

Teror ISIS terbesar melalui dunia maya.

Harianjogja.com, BANTUL – Paham Radikalisme yang terjadi di masyarakat saat ini semakin terbuka, bahkan sudah semakin mudah tersebar. Terlebih lagi dengan adanya kasus Negara Islam Irak dan Syam/Syiria (ISIS) yang pahamnya juga mulai tersebar ke negara ASEAN.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mudahnya paham radikalisme tersebut menyebar rupanya bukan hanya karena adanya faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Pengaruh dari perkembangan dunia internet memudahkan paham ini tersebar di dunia, termasuk ke negara-negara ASEAN.

Hal ini disampaikan Dosen pada Department of International Relations, National University of Singapore (NUS), Prof. Bilver Singh saat menjadi pembicara dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Ahmad Syafi’i Ma’arif School of Political Thought and Humanity Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Ruang Sidang Gedung Pascasarajana, Kampus Terpadu UMY, Sabtu (10/10/2015)

“Paham radikalisme yang menyebar dengan mudah hingga ke negara-negara ASEAN ini tak menutup kemungkinan akan mempengaruhi masa depan negara-negara ASEAN juga,” kata Prof. Bilver Singh disela-sela acara.

Prof. Bilver mengatakan bahwa penyebaran radikalisme di ASEAN saat ini sangat terlihat dan dilakukan secara terbuka, seperti yang terjadi di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Salah satu faktor penyebab tersebarnya paham itu melalui internet yang telah berkembang saat ini.

“Sebuah data penelitian mengungkapkan bahwa saat ini, banyak masyarakat dunia yang mengakses website terkait penyebaran paham radikalisme. Hal ini tentunya menandakan bahwa penyebaran radikalisme ini sudah cukup mendunia dan tidak hanya terjadi di kawasan Asia,” jelas Prof. Bilver.

Seseorang itu radikal karena adanya faktor lingkungan keluarga. Penyebaran paham radikalisme itu akan dengan mudah dan cepat masuk di dalam lingkup keluarga.

“Keluarga menjadi salah satu faktor lainnya yang juga bisa menjadi sarana dari masuknya paham radikalisme. Penyebaran melalui lingkup keluarga ini merupakan langkah awal yang kemudian masuk ke masyarakat, bahkan hingga antar negara,” ujar Prof. Bilver.

Karena itulah, ia menyarankan agar masyarakat dunia tidak hanya berdiam diri dan pasrah dengan permasalahan radikalisme ini. Prof. Bilver menyebut penyebaran paham radikalisme sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi dan dilihat secara kritis.

Karena masuknya radikalisme itu bukan hanya berkaitan dengan agama, atau khususnya Islam, melainkan juga berhubungan dengan politik dan ekonomi dalam suatu negara.

“Oleh karena itu, butuh adanya pengaruh kebudayaan untuk menangani penyebaran radikalisme ini, khususnya di ASEAN. Revolusi yang dilakukan dengan pendekatan kebudayaan, diharapkan mampu menekan penyebaran radikalisme,” tutup Prof. Bilver.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya