SOLOPOS.COM - Arif Yudistira (Istimewa/Dokumen pribadi).

Solopos.com, SOLO — Apakah teroris punya agama? Bila agama hanya sekadar yang menempel di KTP, tentu teroris punya agama. Bila kita memaknai agama lebih dari sekadar formalitas dan simbolisme, maka teroris sejatinya “tidak punya agama.”

Agama mengajarkan cinta kasih kepada semua manusia. Dalam agama apa pun yang diakui di Indonesia, tidak ada pembenaran pada tindakan terorisme. Tindakan pembunuhan atas dalih jihad yang selama ini diserukan para teroris sudah dibuktikan oleh para mantan jaringan teroris sebagai—tindakan yang bodoh.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Jihad dalam Islam tidak bisa dimaknai sebagai kondisi yang sempit seperti bom bunuh diri dan meledakkan bom pada simbol-simbol negara dan tempat ibadah agama lain. Doktrin jihad yang identik dengan perang serta saling bunuh muncul dari pemahaman yang keliru dalam menangkap spirit agama.

Islam selalu menjadi perbincangan tak usai saat membicarakan relasi antara agama dan terorisme. John D. Caputo dalam bukunya Agama Cinta, Agama Masa Depan (2001) yang diungkap pula oleh Franz Magnis Suseno dalam buku Mencari Makna Kebangsaan (1998) bahwa masalah terbesar dalam agama adalah orang-orang yang beragama itu sendiri (tanpa mereka catatan prestasi agama pastilah tak ternoda).

Kita memang tidak bisa memisahkan antara agama seseorang dan perilakunya. Namun, menuduh agama tertentu sebagai agama yang buruk dan mengajarkan teror karena perilaku seseorang bukanlah hal yang bisa dibenarkan. Doktrin dan pemahaman agama yang salah yang membuat seseorang menjadi teroris. Tidak ada pemimpin agama yang membenarkan tindakan teror.

Dalam lintasan sejarah Islam sejak kemunculannya sampai sekarang, Islam kerap dianggap sebagai teror. Ia mengganggu, mengguncang dan meruntuhkan tatanan sistem kepercayaan lama serta melawan dominasi sistem ekonomi yang tidak adil yang dikuasai oleh kaum Quraisy pada waktu itu.

Islam juga menawarkan satu konsepsi keadilan, dan cinta kasih yang selama ini memikat hampir separuh lebih umat manusia di belahan bumi ini. Ismail Raji Al Faruqi dalam buku Tantangan Islam (1978) mengatakan, “Sesungguhnya rasionalisme Islam telah mencapai hal-hal yang tak dapat dicapai oleh abad pencerahan dan pengikut-pengikutnya di Barat, yaitu menyerap kritik dari pihak-pihak yang skeptis—tokoh-tokoh empiris dan romantik abad kesembilan belas—dan memajukan secara kreatif dan kritis keotentikan yang rasional dari tradisi-tradisi agama, sebuah validitas yang rasional terhadap tuntutan-tuntutan mereka yang berbeda.”

Tradisi tasawuf dalam Islam sejak kemunculan pertama kali di masa Nabi Muhammad juga menunjukkan bahwa teror tidak memiliki akar dalam tradisi Islam. Tasawuf justru menunjukkan bahwa jihad adalah perang melawan diri dan nafsu pribadi. Ajaran tasawuf ini justru bertolak belakang dari yang didengungkan selama ini bahwa Islam identik dengan kekerasan dan teror.

Tasawuf membuktikan Islam sebagai ajaran penuh cinta kasih, mendidik diri dan terus menebar kasih sayang. Prinsip pada penaklukkan egoisme pribadi dan jalan kasih yang ditebarkan ke seluruh dunia membuktikan bahwa ia tidak hanya berpengaruh pada perkembangan Islam secara menyeluruh. Islam melalui tasawuf melengkapi syariat kepada pencapaian hakikat melalui tarekat.

Toleransi

Teror memang meruntuhkan sendi-sendi toleransi. Tanggung jawab Islam Indonesia sebagai mayoritas dan pengayom minoritas seketika runtuh akibat teror. Memang terorisme tidak selalu identik dengan Islam, namun perilaku pelaku teror yang beragama Islam membawa implikasi yang besar terhadap citra Islam.

Terorisme yang terjadi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Minggu, 28/3/2021), telah mencoreng kembali citra Islam sebagai agama yang menebar cinta dan kasih sayang. Bangunan dan ikatan persaudaraan antar umat beragama tiba-tiba digoncang kembali.

Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi persatuan, adanya teror jelas merusak dan menodai rasa persatuan umat di negeri kita. Teror tidak boleh membuat toleransi justru semakin hancur. Toleransi antarumat beragama harus semakin menguat untuk melawan pelaku teror. Teror tidak boleh mengalahkan persatuan dan kesatuan yang telah dipupuk selama ini.

Para pelaku teror memang memiliki tujuan merusak persatuan dan kerukunan antar umat beragama. Para pelaku teror itu justru merusak dan menghancurkan citra Islam. Citra Islam yang diajarkan nabi telah rusak oleh pelaku teror.

Nabi sendiri telah mengajarkan cinta kasih yang dalam kepada semua pemeluk agama apa pun. Peristiwa Nabi yang memberi makan orang Yahudi yang buta menjadi teladan yang tak surut sampai hari ini. Cinta kasih Islam tidak hanya ditujukan untuk orang Islam sendiri, tapi juga berlandaskan kemanusiaan.

Khalid Muhammad Khalid penulis buku Kemanusiaan Muhammad (1986) menggambarkan dengan apik apa yang dikatakan Nabi ihwal bunuh-membunuh. Bagaimana Islam menghukumi orang yang menghabisis nyawa orang tanpa sebab. Nabi bersabda, “Besok pada hari kiamat, orang yang mati terbunuh membawa serta pembunuhnya serta pembunuhnya sambil membalutkan urat nadinya di leher dengan darah bercucuran, lalu berkata: ‘Ya Allah Tuhanku! Ajukan pertanyaan pada orang ini mengapa ia melakukan pembunuhan terhadap diriku?”

Teroris telah membunuh tanpa sebab dan dalih yang bisa dipertanggungjawabkan secara agama. Agama Islam memberi garis tegas dan penolakan terhadap pembunuhan yang dilakukan para teroris.

Agama adalah cinta kasih. Bila tanpa cinta kasih, orang telah membunuh dan menganiaya sesama manusia, maka tak layak mereka disebut beragama. Bahkan kaum ateis sekali pun tahu bagaimana bersikap kepada sesama manusia.

Teror yang kesekian kalinya terjadi di negeri ini membuat kita terus bertanya, mengapa manusia bisa saling membunuh membabi buta bila memang ia memeluk agama? Agama yang dipeluk teroris ibarat bom yang dipeluk oleh tubuhnya, ia hancur oleh dirinya sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya