SOLOPOS.COM - Komandan Kodim 0725/Sragen Letkol (Arh) Camas Sigit Prasetyo duduk paling depan saat nobar film G 30/S PKI di Makodim Sragen, Rabu (20/9/2017) malam. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Isu PKI kembali menjadi pembicaraan dengan frekuensi sangat tinggi di media sosial, khususnya pada September 2017.

Solopos.com, JAKARTA — Percakapan tentang isu Partai Komunis Indonesia (PKI) ramai diperbincangkan netizen di media sosial, bahkan kembali meningkat tajam sepanjang September 2017. Percakapan itu mencapai frekuensi yang tertinggi sejak 2016.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Indonesia Indicator (I2), sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software Artificial Intelligence (AI), mencatat intensitas percakapan tentang PKI meningkat tajam setelah muncul ajakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo untuk kembali menonton bersama film Pengkhianatan G30S/PKI.

Direktur Komunikasi I2, Rustika Herlambang, di Jakarta, Jumat (22/9/2017), mengungkapkan hingga Kamis (21/9/2017) pukul 20.40 WIB, terdapat 437.221 cuitan tentang PKI di Twitter.

“Intensitas tersebut meningkat tajam dalam seminggu terakhir, khususnya 18 September 2017, yang dalam sehari mampu menggerakkan 101.459 percakapan di Twitter,” ungkap Rustika dalam hasil risetnya bertajuk PKI dalam Respons Netizen.

Menurut Rustika, semua cuitan tentang isu PKI itu berasal dari 58.059 akun manusia (90,5 persen) dan 6.093 akun robot atau mesin (9,5 persen).

“Seminggu terakhir, isu PKI masih direspons sebanyak 51.816 akun manusia [90,2 persen] dan 5619 akun robot [9,8 persen]. Perpaduan dua akun tersebut membentuk 361.971 percakapan,” papar Rustika.

Film G30S/PKI

Wacana film G30S/PKI menempati porsi sebesar 31 persen dari seluruh pembicaraan netizen yang ditanggapi dengan pro dan kontra. Apalagi, Presiden Jokowi turut memberikan pernyataan dan mengharapkan agar dibuat versi terbaru, sehingga bisa diterima generasi milenial tanpa menghilangkan konteks dari maksud film itu sendiri.

Reaksi netizen pada isu film ini didominasi dengan emosi anticipation yang diwujudkan dengan penantian acara nonton bareng sebagai respons pada pernyataan Jokowi.

“Sementara itu, isu lainnya yang dimunculkan para netizen adalah Orde Baru, perhatian netizen pada ulama, peristiwa di YLBHI, serta acara talkshow di salah satu televisi. Masing-masing isu tersebut rata-rata dibicarakan sebanyak 3-5 persen dari keseluruhan pembicaraan tentang PKI,” papar Rustika.

Jokowi menjadi figur terbanyak yang di-mention netizen, yakni sebanyak 25.552 kicauan. Posisi kedua disusul oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (16.988 kicauan). Sedangkan nama Soeharto kembali disebut sebanyak 6.647 kicauan, serta Kivlan Zein 2.930 kicauan.

Secara demografi, tutur Rustika, 37 persen netizen yang merespons isu PKI berasal dari usia 26-35 tahun. Sisanya, usia 19-25 tahun sebanyak 28,2 persen dan netizen berusia di atas 35 tahun sebanyak 25,3 persen.

Sementara itu, netizen yang berusia di bawah 18 tahun atau belum pernah merasakan masa tayangan wajib setiap tahun di televisi dulu, turut berpendapat sebanyak 9,5 persen. “Isu ini direspons di hampir seluruh wilayah di Indonesia, terbanyak di Jawa,” ujar Rustika.

September

Dalam kesempatan itu, Rustika menyebutkan, ada beberapa kelompok yang meramaikan cuitan PKI dengan segala variasinya. Masing-masing kelompok memiliki massa dan narasi yang berbeda-beda.

“Misalnya, narasi-narasi yang meyakini bahwa PKI mulai bangkit, ada yang merasa itu hanya kekhawatiran, ada narasi ajakan kembali menonton Film G30S/PKI, dan masih banyak lagi. Tapi memang soal film salah satu yang terbanyak dibicarakan,” ucap Rustika.

Perbincangan isu PKI, tutur dia, memang ada masanya. Menjelang September, intensitasnya pasti meningkat. “Meski dalam riset 2016, isu PKI meningkat tajam justru tidak pada September, melainkan Mei, Juni, dan Desember,” kata Rustika.

Membicarakan tentang intensitas, lanjut dia, artinya bicara tentang massa. “Berapa banyak orang yang mau meresponsnya. Bicara tentang mereka yang meresponsnya, maka bicara tentang momentumnya. Adakah pemicunya? Seberapa besar pemicunya?”

Dalam riset di Twitter, menurut Rustika, pada 2016 isu PKI dibicarakan sangat tinggi di Mei dan Juni mencapai 70.588 kicauan. Sedangkan pada Desember 2016 sebanyak 79.912 kicauan yang berlanjut hingga Januari 2017.

Peningkatan percakapan secara drastis tentang PKI terjadi sejak Mei 2016 lalu. Dan sejak itu, kata dia, isu PKI konsisten diperbincangkan di Twitter. Beberapa pemicunya diantaranya adalah penemuan kaos bergambar palu arit dan beberapa isu yang dianggap bagian dari kebangkitan PKI, isu temuan kuburan massal, symposium nasional terkait PKI, dan memuncak pada saat penangkapan aktivis karena dianggap makar.

“Bila di tahun 2016, angka perbincangan tertinggi terjadi sebanyak 79 ribu, situasi itu meningkat tajam di sepanjang 2017. Puncak isu tersebut terjadi di bulan Januari dan September,” tambah Rustika.

Pada Januari 2017, isu PKI dibahas sebanyak 217.903 percakapan dari 33.700 akun manusia dan 4.610 akun mesin. Setelah itu, percakapan isu tersebut berkisar antara 80.000 hingga 125.000 kicauan setiap bulan, hingga akhirnya meroket tajam pada September 2017.

Dalam hal ini, giliran isu film menjadi salah satu pemicu terbesarnya. Momentum tersebut tepat karena bertepatan menjelang hari tragedi nasional tersebut sehingga mendapatkan respon massa yang cukup besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya