SOLOPOS.COM - Ilustrasi warung hik di Solo. (Dok. Solopos.com)

Solopos.com, SOLO — Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, BRM Bambang Irawan, mengungkapkan ada sejumlah faktor yang menyebabkan biaya hidup di Kota Bengawan relatif murah atau terjangkau.

Hal itu terutama ketika biaya hidup di Solo dibandingkan dengan kota-kota seperti Semarang, Jogja, Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Sebab menurutnya sejatinya Solo hanyalah kotamadya atau kota kecil, bukan ibu kota provinsi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Memang Solo itu kalau dibandingkan kota seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, atau Jogja, memang paling rendah [biaya hidup]. Sebab Jogja, Semarang, dan kota-kota itu semua kota provinsi,” terangnya, Selasa (16/11/2021) sore.

Baca Juga: Resmi! Anak Sekolah Solo Dilarang Nongkrong Seusai PTM

Ekspedisi Mudik 2024

Faktor lain penyebab biaya hidup di Solo relatif murah, menurut Bambang, karena pendapatan per kapita per bulan juga lebih rendah. “Untuk sekarang saya tidak tahu persis [pendapat per kapita]. Tapi beberapa waktu lalu masih Rp3 juta,” urainya.

Di luar itu, menurut Bambang, besaran biaya hidup masyarakat tergantung segmentasi ekonomi yang dipilih. Sebab pada praktiknya tersedia berbagai macam segmentasi ekonomi, mulai dari hidup sederhana atau hidup mewah.

“Sektor ekonomi mana yang dipilih konsumen dalam membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Misalnya kebutuhan hidup belanja di pasar tradisional tentu lebih murah dibandingkan kalau belanja di toko modern,” imbuhnya.

Baca Juga: Cek Ulang TKP Perampokan Gudang Rokok di Solo, Polisi Temukan Ini

Pilihan Tempat Makan

Termasuk ketika masyarakat belanja untuk kebutuhan jajan kuliner, ketika yang dipilih hik atau wedangan kampung tentu biayanya murah. Dengan uang hanya Rp5.000, menurut Bambang, sudah bisa makan minum di situ.

Tapi ketika tempat yang dipilih adalah wedangan modern atau kafe, biaya yang harus dikeluarkan bisa berkali lipat. Artinya ada faktor gaya hidup masyarakat yang sangat mempengaruhi biaya hidup yang dikeluarkan per bulan.

“Solo itu penduduknya hanya 600.000-an orang dan warga Solo relatif lebih sederhana meskipun suka makan di luar. Tapi masih jauh lebih sederhana dari Jogja, Semarang, Bandung, yang pendatangnya jauh lebih banyak,” urainya.

Baca Juga: Murahnya Biaya Hidup di Solo, Rp10.000 Sudah Bisa Makan Kenyang

Pada sisi lain, Bambang mengatakan pertumbuhan kelas menengah di setiap kota, termasuk Solo, punya pengaruh penting terhadap besaran biaya hidup. Sebab walaupun tinggal di sekitar kota, ketika belanja mereka pilih di kota.

Ia mencontohkan tingginya biaya hidup di Bali yang banyak didatangi wisatawan nasional maupun mancanegara. “Tinggal masyarakat mau cara hidup seperti apa, berbasis kebutuhan atau berbasis gaya hidup,” sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya